Wardi, Wardi (2008) STRATEGI PENGEMBANGAN PUSAT PERBELANJAAN MODEREN DI KOTA PADANG. Masters thesis, Program Pascasarjana.
|
PDF (STRATEGI PENGEMBANGAN PUSAT PERBELANJAAN MODEREN DI KOTA PADANG)
- Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication. Download (701Kb) | Preview |
Abstract
Pusat perbelanjaan telah berkembang hampir seluruh kota Indonesia, termasuk Kota Padang sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat. Program pemerintah untuk pusat perbelanjaan di Kota Padang mempunyai target untuk menciptakan sistim tata niaga yang efektif dan efisien serta menunjang kegiatan ekonomi yang menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha seluas-luasnya (RUTRK, 1985). Dalam RUTRK tersebut dikemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan suatu kota, yaitu jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk serta perkembangan sosial budaya masyarakat. Kedua faktor itu saling terkait satu sama iain. Kota yang penduduknya berkembang akan mempengaruhi tingkat perekonomian, seterusnya kota dengan perekonomian yang berkembang akan menarik penduduk ke kota. Pusat perbelanjaan yang ada di Kota Padang berada pada daerah yang rawan kemacetan, yaitu Pasar Raya Padang, Jalan Damar, Pasar Siteba, Air Tawar dan Pasar Lubuk Buaya (Potret Kota Padang, 1991). Kota Padang telah diperluas kearah utara yaitu dengan dibangunnya jalan Padang-By Pass. Perluasan telah menimbulkan tumbuhnya perumahan-perumahan baru dan meningkatnya jumlah penduduk. Tahun 1994 jumlah penduduk Kota Padang 753.893 orang, tahun 1998 berjumlah 784.894 orang. Laju pertumbuhan penduduk tahun ke tahun 2,45 %. Jumlah penduduk dengan perluasan kota diproyeksikan akhir tahun 2001 lebih kurang 1 juta orang (Padang dalam angka,1998). Untuk memenuhi kebutuhan penduduk dengan beraneka ragam kebutuhannya, sangatlah dibutuhkan pusat perbelanjaan yang efisien dan moderen. Adapun penelitian ini bertujuan untuk : mengevaluasi pusat perbelanjaan yang sudah ada sehingga ditemukan permasalahan dan peluang untuk perbaikan, merancang lokasi yang sesuai dengan tata ruang kota dan prototype pusat perbelanjaan yang representatif untuk kebutuhan masa datang dalam rangka mengantisipasi Kota Padang sebagai pintu gerbang perdagangan Sumatera Barat. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan penelitian, telah dilakukan penelitian terhadap tiga pusat perbelanjaan, yaitu matahari Plaza, Damar Plaza dan Minang Plaza. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 11 Oktober 1999 sampai tanggal 10 Januari 2000. Survey lapangan mengumpulkan data tentang jumlah pengunjung, perhitungan lalu lintas (SMP), waktu tempuh rata-rata perkilo meter dari pusat kecamatan terhadap tempat lokasi pengembangan, Bungus, Bandar Buat dan Lubuk Buaya. Data ini diolah sehingga mandapatkan tingkat kemacetan, rendahnya tingkat aksesibilitas, tidak sesuai pusat perbelanjaan yang ada ini dengan RUTRK dan kebutuhan pusat perbelanjaan yang baru. Hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan metodologi, menghasilkan kesimpulan bahwa dari evaluasi, perbandingan dengan RUTRK dua dari 3 pusat perbelanjaan yang ada tidak menempati ruang yang dialokasikan untuk pusat perbelanjaan (Minang Plaza dan Damar Plaza). Secara umum diperoleh kesimpulan bahwa pusat perbelanjaan yang ada sekarang ini kurang efisien, apabila ditinjau dari sudut lokasi, hal ini dibuktikan dengan tingkat kemacetan dan aksesibilitas yang buruk dari pusat perbelanjaan tersebut. Dari evaluasi tingkat kemacetan dengan menggunakan indikator sesuai dengan metodologi penelitian, menghasilkan nilai 1,23 untuk Damar Plaza 2,47 untuk Minang Plaza dan 1,83 untuk Matahari Plaza. Sedangkan nilai pembanding sebagai standar yang digunakan dalam menghitung adalah 1. Jika besar dari 1, lokasi tersebut mempunyai kemacetan. Rendahnya tingkat aksesibilitas, menunjukan variasi yang berbeda dari titik keberangkatan, variasi yang tinggi menunjukan jarak antara pusat perbelanjaan tidak ideal. Tingkat aksesibilitas rata-rata menunjukan nilai sebesar 3,805 untuk Damar PIaza, 1,4134 untuk Minang Plaza dan 0,7020 untuk Matahari Plaza. Minang Plaza mendekati aksesibilitas yang baik, walaupun tidak semua tempat bisa dikuasai, seperti daerah Bungus dan Bandar Buat. Orang-orang ditempat tersebut mempunyai aksesibilias rendah ke Minang Plaza. Dengan demikian nilai aksesibilitas hampir mendkati 1. Dari quesioner yang disebarkan sebesar 524 orang menyatakan perlunya pusat perbelanjaan yang baru berarti 76,43% responden menyatakan hal tersebut. Angka 76,43 % tersebut adalah suatu indikasi memang diperlukan suatu pusat perbelanjaan yang lebih baik dari sekarang ini.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HB Economic Theory |
Unit atau Lembaga: | UNSPECIFIED |
Depositing User: | Haryoshi Utami |
Date Deposited: | 19 Apr 2011 08:37 |
Last Modified: | 11 Oct 2011 08:08 |
URI: | http://repository.unand.ac.id/id/eprint/11758 |
Actions (login required)
View Item |