Repository Universitas Andalas

PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SETELAH PEMOTONGAN TERHADAP STATUS INTI OOSIT SAPI YANG DIMATANGKAN SECARA IN-VITRO

Sani, Harben (2008) PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SETELAH PEMOTONGAN TERHADAP STATUS INTI OOSIT SAPI YANG DIMATANGKAN SECARA IN-VITRO. Masters thesis, Paca Sarjana.

[img]
Preview
PDF (PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SETELAH PEMOTONGAN TERHADAP STATUS INTI OOSIT SAPI YANG DIMATANGKAN SECARA IN-VITRO) - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (625Kb) | Preview

Abstract

Upaya meningkatkan produktivitas sapi melalui penerapan teknologi Fertilisasi in vitro sebagai alternatif produksi embrio dalam pelaksanaan TE diharapkan mampu mengubah peternakan kearah yang lebih menguntungkan. Teknologi fertilisasi in vitro merupakan teknologi untuk produksi embrio pada lingkungan buatan (di luar tubuh). Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh lama waktu transportasi terhadap angka kematangan oosit sapi, mengetahui pengaruh -waktu transportasi terhadap tingkat fertilisasi oosit sapi. Oosit yang mempunyai beberapa lapis sel kumulus kompak dimatangkan secara in vitro menggunakan medium TCM-199 yang disuplementasi dengan Folicle Stimulcting Hormone (FSH) 10 pg/ml, serum sapi 10% dan gentamisin 50 pg /ml pada cawan petri (935 mm) selama 24 jam pada suhu 38,5'C dalam inkubator CO2 5%. Perlakuan adalah 4 periode lama waktu transportasi ovarium yaitu 4 jam,7 jam, 10 jam dan 13 jam, ovarium sebagai sumber oosit diambil pada Rumah Potong Hewan (RPH) Payakumbuh dibawa dengan menggunakan termos temperatur + 30 'C, oosit dikoleksi dengan cara slicing dan persentase oosit matang dan terfertilisasi di analisis dengan sidik ragam. Rata-rata kualitas oosit untuk setiap perlakuan menunjukkan penurunan kualitas oosit sejalan dengan bertambahnya lama waktu transpoftasi sejak dipotong dengan prosesing di Laboratorium untuk produksi embrio in vitro. Rata-rata persentase kematangan oosit menunjukkan perbedaan yang nyata (P <0.05) antara berbagai perlakuan lama waktu transportasi. Tingkat kematangan tertinggi pada waktu transportasi 4 jam yaitu sebesar 56.25 dan yang terendah pada perlakuan waktu transportasi 13 jam yaitu sebesar 26.25. Oosit yang tidak mencapai tahap matang atau M-II dapat terhenti pada berbagai tahap sebelumny4 seperti Germinal Vesicle (GV), Germinal Vesicle Breakdown (GVBD), Metafase I, Anafase dan Telofase I. Persentase oosit terfertilisasi in vitro dengan menggunakan semen sapi dari straw yang berasal dari semen sapi simental yang diproduksi oleh BIB Tuah Sakato Payakumbuh. Rata-rata persentase oosit yang terfertilisasi tertinggi diperoleh pada perlakuan lama waktu transportasi 4 jam yaitu sebesar 62.62 dan terendah pada perlakuan lama waklu 13 jam yaitu sebesar 32.50. Persentase oosit terfertilisasi pada berbagai perlakuan lama waktu transportasi ovarium sebagai sumber oosit menunjukan adanya perbedaan yang sangat nyata (P <0.01).

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: S Agriculture > SF Animal culture
Unit atau Lembaga: UNSPECIFIED
Depositing User: KREATIF zulka hendri
Date Deposited: 12 Jul 2011 07:26
Last Modified: 04 Oct 2011 04:36
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/15045

Actions (login required)

View Item View Item