Repository Universitas Andalas

DINAMIKA HUBUNGAN ANTAR ETNIK MASYARAKAT MINANGKABAU PERDESAAN STUDI KASUS NAGARI KINALI, SUMATERA BARAT

Elftra, Elftra and Jendrius, Jendrius (2010) DINAMIKA HUBUNGAN ANTAR ETNIK MASYARAKAT MINANGKABAU PERDESAAN STUDI KASUS NAGARI KINALI, SUMATERA BARAT. Working Paper. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK. (Unpublished)

[img] Microsoft Word (DINAMIKA HUBUNGAN ANTAR ETNIK MASYARAKAT MINANGKABAU PERDESAAN STUDI KASUS NAGARI KINALI, SUMATERA BARAT) - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (30Kb)

Abstract

Masyarakat Nagari Kinali, adalah contoh dari masyarakat perdesaan yang multi-etnik, dimana ditemukan berbagai kelompok masyarakat dengan etnik dan latar belakang budaya berbeda. Kehadiran suku Jawa datang melalui program transmigrasi, sementara orang Batak melalui perpindahan penduduk (migrasi), sebagai dampak pembangunan fisik dan pertumbuhan ekonomi wilayah Pasaman Barat. Setiap kelompok etnik pendatang memiliki kebudayaan, nilai, norma dan pola kelakuan tersendiri, yang belum tentu sama dengan penduduk lokal. Karena dalam setiap kebudayaan dikenal istilah etnosentrime, yang berarti suatu keyakinan kelompok pendukung satu kebudayaan bahwa nilai dan norma kebudayaan yang mereka anut lebih unggul. Disini lain secara teoritis, masyarakat perdesaan yang bersifat gemeinschaft, kehidupan sosial diasumsikan berlangsung dalam interaksi dan hubungan sosial yang akrab, intim dan menyeluruh (totalitas). Peneliian studi kasus ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan dan metode penelitian kualitatif, dan pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan terlibat, indepth interview dan studi dokumentasi. Pembahasan topik penelitian difokuskan kepada dinamika interaksi antara tiga etnik dominan, yakni Minang sebagai penduduk lokal, dan jawa, Batak sebagai etnik pendatang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penduduk lokal memiliki persepsi yang berbeda terhadap keberadaan etnik lain yang selanjutnya berpengaruh terhadap penerimaan mereka terhadap kelompok etnik pendatang. Kelompok etnik jawa dan Batak menilai adat Minangkabau sebagai budaya dominan (dominant culture) sebagai rujukan nilai dan norma bersama dalam hubungan sosial sehari-hari. Suku Jawa relatif lebih cepat membaur, dan mengadopsi tradisi adat penduduk asli sebagai nilai dan norma bersama, sementara orang Batak relatif lebih lambat beradaptasi, tertutup, segregatif, disamping memegang teguh adat istiadat mereka. Perbedaan tingkat adaptasi tersebut muncul karena beberapa faktor, seperti; agama, karakter budaya, tingkat mobilitas, pola migrasi dan jarak ruang antara negera asal dengan daerah baru. Heterogenitas etnik yang ada di Nagari Kinali membawa akibat akan pengayaan budaya dan tradisi masyarakat setempat, karena kehadiran pengaruh unsur-unsur lain tidak membahayakan keberadaan nilai-nilai pokok dari adat istiadat Minangkabau. Arah perubahan yang dapat dihasilkan dari proses akulturasi bersifat reorientasi, yakni perubahan kearah penerimaan struktur normative kebudayaan-kebudayaan lain, sekaligus untuk didjadikan sebagai mekanisme untuk melakukan penguatan kembali (reafirmation), kebudayaan tradisional mereka. Masuknya unsur-unsur baru kebudayaan lain yang bersifat positif tentu saja merupakan mata rantai bagi dinamika perubahan dan modernisasi kehidupan sosial.

Item Type: Monograph (Working Paper)
Subjects: H Social Sciences > HM Sociology
Unit atau Lembaga: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Sosiologi
Depositing User: SSi Resta Yanda
Date Deposited: 01 Jun 2010 15:56
Last Modified: 26 Sep 2011 04:14
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/1574

Actions (login required)

View Item View Item