Repository Universitas Andalas

PANDANGAN PEREMPUAN TERHADAP PERKAWINAN BAJAPUIK DI PARIAMAN SUMATERA BARAT

Meiyenti, Sri and Syahrizal, Syahrizal (2014) PANDANGAN PEREMPUAN TERHADAP PERKAWINAN BAJAPUIK DI PARIAMAN SUMATERA BARAT. Working Paper. Fakultas ISIP. (Unpublished)

[img] Microsoft Word (PANDANGAN PEREMPUAN TERHADAP PERKAWINAN BAJAPUIK DI PARIAMAN SUMATERA BARAT) - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (29Kb)

Abstract

Masalah uang jemputan sangat erat kaitannya dengan perempuan karena terkait langsung dengan perkawinan. Seorang perempuan yang sudah cukup umur untuk menikah akan terpengaruh bisa atau tidak akan bisa menikah karena tergantung bisa tidaknya keluarganya menyediakan uang jemputan untuk mendapatkan seorang suami. Hal yang juga berarti nasib seorang perempuan sangat terpengaruh oleh adat atau tradisi uang jemputan. Seorang perempuan dapat tidak bersuami sampai tua kalau keluarganya tidak mampu membayar uang jemputan. Karena masalah uang jemputan juga adalah masalah perempuan, perempuan sebagai seorang gadis yang akan bersuami, seorang ibu yang memiliki anak gadis, dan juga mungkin seorang nenek telah merasakan permasalahan itu sejak dia, anaknya menikah dan sampai cucunya yang akan menikah, perempuan sebagai seorang tokoh yang juga mengerti dengan apa dirasakan dan yang dialami oleh kaumnya. Penelitian ini mencoba menjawab permasalahan: (1) Bagaimana sebenarnya keberadaan uang jemputan pada masyarakat Pariaman sekarang ini;(2)Bagaimana peran tokoh perempuan dan perempuan umumnya dalam masyarakat dan keluarga dalam pengambilan keputusan mengenai uang jemputan; (3) Bagaimana pandangan tokoh perempuan dan perempuan umumnya terhadap uang jemputan. Lokasi penelitian adalah di nagari Lubuk Alung , sebuah kenagarian yang terletak di pertengahan kabupaten Padang Pariaman. Secara administratif kenagarian ini terletak di kecamatan yang kebetulan juga sama namanya dengan nama nagarinya yaitu kecamatan Lubuk Alung kabupaten Padang Pariaman propinsi Sumatera Barat. Pemilihan kenagarian ini berdasarkan data bahwa di kenagarian ini masih kuat memakai adat perkawinan bajapuik, yakni dengan adanya uang jemputan. Hasil penelitian menunjukkan bagi perempuan Lubuk Alung keberadaan uang jemputan bisa dikatakan sebuah dilema. Pada satu sisi uang jemputan merupakan bagian dari adat istiadat yang berkaitan dengan banyak aspek kehidupan seperti harga diri, gengsi, kebiasaan, dan hubungan kekerabatan. Pada sisi lain keberadaan uang jemputan merupakan masalah karena memberatkan bagi perempuan. Keberadaan uang jemputan bagi masyarakat Lubuk Alung pada prinsipnya merupakan tradisi yang diyakini oleh masyarakatnya dan juga kaum perempuan mempunyai fungsi tersendiri. Oleh karena itu dalam banyak perkawinan tradisi ini relatif tetap dijalankan. Uang jemputan dipandang masyarakat mengandung nilai budaya kolektifitas demi keutuhan kelompok keluarga, kaum dan bahkan sukunya sendiri. Pandangan orang luar kebudayaan Pariaman sering sangat negatif terhadap masalah uang jemputan, hal tersebut tidak perlu ada kalau mencoba memahami apa yang terjadi dalam masyarakat. Di lain pihak masyarakat juga harus menahan diri dengan tidak perlu mengedepankan nilai uang jemputan yang terlalu tinggi yang sering menimbulkan masalah dalam keluarga. Kajian yang lebih mendalam dan komprehensif tentang uang jemputan perlu dilakukan. Kajian pandangan perempuan ini mengungkapkan sebagian pandangan masyarakat bahwa uang jemputan selain mempunyai sisi positifnya juga menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan keluarga.

Item Type: Monograph (Working Paper)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Unit atau Lembaga: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Antropologi
Depositing User: SSi diana zulyetti
Date Deposited: 03 Jun 2010 03:28
Last Modified: 13 Jul 2015 06:30
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/1916

Actions (login required)

View Item View Item