SIAGIAN, MUHNIZAR
(2014)
Peranan Sutan Sjahrir Untuk Diplomasi Indonesia
(1945-1947).
Other thesis, Universitas Andalas.
Abstract
ABSTRACT
August 17, 1945, Indonesia was officially declared to be independent state
with the proclamation that was read by Soekarno-Hatta. Proclamation of
Indonesian’s independent indicates new phase for Indonesia as independent state,
but all problems have not cleared yet.
Allied forces which are sponsored by Dutch came back to Indonesia. Their
aim and reason are to restore Indonesia to be colony again. Fighters of this
Republic were separated in 2 groups for address this case. Sjahrir chooses
diplomatic negotiation way that is known as Sjahrir diplomacy. Whereas, Tan
Malaka chooses physical struggle way that’s known as Bambu Runcing
diplomacy.
In period 1945-1947, Sjahrir as leading figure in the struggle for
Indonesian diplomacy in facing the Dutch to gain international recognition of
existence of the Republic of Indonesia. Sjahrir diplomacy is an alternative
measure, Fusion concept among adempauze with preventive, humanism,
emancipation, and rationalism are put forwarded by Sjahrir when diplomacy with
Dutch. This concept is known as diplomatic struggle concept. This aim of this
research is reviewing agenda, strategic, media, technical, policy options and
achievement of diplomacy which was done by Sjahrir, include problem and crisis
faced, with the research title, Sutan Sjahrir Role for Indonesian Diplomacy(1945-
1949).
Keyword: Diplomacy, Struggle Diplomacy, Sutan Sjahrir.
viii
ABSTRAK
17 Agustus 1945, Indonesia secara resmi mendeklarasikan diri sebagai
negara merdeka dengan dibacakannya proklamasi oleh Sukarno-Hatta. Proklamasi
kemerdekaan Indonesia menandakan babak baru perjalanan Republik Indonesia,
namun semua permasalahan belum selesai.
Tentara Sekutu yang disponsori Belanda kembali datang ke Indonesia
untuk mengembalikan Indonesia ke jajahannya. Pejuang Republik terbagi 2
kelompok dalam menyikapi hal ini, Sjahrir memilih jalan diplomasi perundingan
yang dikenal dengan diplomasi Sjahrir, sedangkan Tan Malaka memilih jalan
perjuangan fisik, yang dikenal dengan diplomasi bambu runcing.
Dalam kurun waktu, 1945- 1947, Sjahrir merupakan tokoh terdepan dalam
perjuangan diplomasi Indonesia dalam menghadapi Belanda untuk mendapatkan
pengakuan Internasional atas eksistensi Republik Indonesia. Diplomasi yang
dilakukan Sjahrir merupakan langkah alternatif. Perpaduan konsep adempauze
dan preventif, humanisme, emansipatoris dan rasionalitas dikedepankan Sjahrir
dalam diplomasi menghadapi Belanda yang dikenal dengan konsep diplomasi
perjuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji agenda, strategi, media,
teknik dan pilihan kebijakan serta pencapaian-pencapaian diplomasi yang
dijalankan Sjahrir, termasuk permasalah serta krisis yang dihadapi, dalam judul
penelitian, Peranan Sutan Sjahrir Untuk Diplomasi Indonesia (1945-1947).
Kata Kunci: Diplomasi, Diplomasi Perjuangan, Sutan Sjahrir
Actions (login required)
|
View Item |