Rianita, Dian (2014) DISCOURSE MARKERS: JENIS DAN PENGGUNAANNYA DALAM BAHASA MINANGKABAU. Working Paper. Fakultas Sastra. (Unpublished)
PDF (DISCOURSE MARKERS: JENIS DAN PENGGUNAANNYA DALAM BAHASA MINANGKABAU)
- Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication. Download (15Kb) |
Abstract
Discourse marker atau pemarkah wacana dalam percakapan sehari-hari memiliki peranan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Selain sebagai penghubung suatu ide dengan ide yang lainnya, pemarkah wacana juga memiliki fungsi sebagai pengisi kekosongan dalam suatu penuturan sehingga memudahkan bagi pendengar untuk tetap konsisten untuk mendengarkan tuturan yang disampaikan oleh seorang pembicara. Bagi pembicara, keberadaaan pemarkah wacana memudahkannya dalam menyampaikan topik yang berbeda dalam satu tindak tutur. Lokasi tempat pengambilan data bagi penelitian ini adalah Desa Simarasok Kab. Baso yang terletak tidak jauh dari Kabupaten Lima Puluh Kota. Metode pengambilan data dilakukan dengan dua teknik, yakni teknik rekam dan teknik catat. Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut ditranskripsikan dalam bentuk tulisan untuk kemudian dianalisis untuk melihat jenis dan penggunaan pemarkah wacana dengan menggunakan pendekatan analisis percakapan dan pragmatik. Pendekatan ini digunakan karena lebih menekankan pada apa yang terjadi saat percakapan berlangsung (speech event) yang termasuk didalamnya adalah pilihan kata (apa yang diucapkan), struktur organisasi pencakapan, bagaimana sikap partisipan selama percakapan berlangsung dan detil-detil ketika suatu ujaran sedang diucapkan seperti penggunaan bahasa dan aspek non-linguistik lainnya seperti tarikan napas dan intonasi. Dari hasil pembahasang diketahui bahwa dalam bahasa Minangkabau jenis pemarkah wacana (discourse marker) yang banyak digunakan adalah A. Kongjungsi subordinat sebagai berikut: a. Konjungsi subordinatif menerangkan pernyataan akibat soaln(y)o, jadin(y)o, mako. b. Konjungsi subordinatif menerangkan sebab, seperti dek, karano dan sabab c. Konjungsi subordinatif menerangkan syarat, seperti : kalau dan kok d. Konjungsi subordinatif menerangkan tujuan, seperti jadin(y)o dan mako e. Konjungsi subordinatif menerangkan pertentangan seperti sadangkan. B. Partikel sebagai berikut: a. a untuk menegaskan pertanyaan b. lah untuk menegaskan keseluruhan kalimat atau kata yang diikutinya, seperti subjek, predikat dan modifikator. Partikel lah yang terdapat dalam ujaran di atas merupakan partikel yang mengikuti kata kerja makan dan tambuah yang memberi tekanan kepada aktivitas yang digambarkannya. c. ko tu yang dapat dipergunakan secara sendiri, maupun digabungkan dengan ma atau mah memiliki maksud pernyataan yang berkonotasi dengan kepastian dan keadaan nyata. Sebagai contoh dapat dilihat ujaran berikut ini: d. do memiliki maksud menegaskan sangkalan. Pada umumnya partikel ini digunakan dalam kalimat yang memiliki arti negatif. Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penggunaan penanda wacana pada masyarakat Minang Simarasok masih sangat terbatas. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa kemunculan pemarkah wacana belum banyak variasi. Berkaitan dengan hal tersebut maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian lanjutan yang mengambil sampel dari bahasa Minang dialek lain untuk melihat variasi pemarkah wacana yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau.
Item Type: | Monograph (Working Paper) |
---|---|
Subjects: | P Language and Literature > P Philology. Linguistics |
Unit atau Lembaga: | Fakultas Ilmu Budaya > Sastra Minangkabau |
Depositing User: | SSi Renny Pebrica |
Date Deposited: | 03 Jun 2010 09:14 |
Last Modified: | 13 Aug 2015 01:56 |
URI: | http://repository.unand.ac.id/id/eprint/2140 |
Actions (login required)
View Item |