Repository Universitas Andalas

ANAK JAIK MERENDA BENANG : Studi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Jahit di Ampek Angkek Agam Sumatera Barat

Lindayanti, Lindayanti (2010) ANAK JAIK MERENDA BENANG : Studi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Jahit di Ampek Angkek Agam Sumatera Barat. Working Paper. Fakultas Sastra. (Unpublished)

[img] Microsoft Word (ANAK JAIK MERENDA BENANG : Studi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Jahit di Ampek Angkek Agam Sumatera Barat) - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (30Kb)

Abstract

Anak jahit di Ampek Angket Agam, mereka memiliki asal daerah yang beragam. berasal dari kecamartan Ampek Angkek saja, akan tetapi juga berasal dari berbagai desa dari kabupaten Pasaman, Tanah Datar, Solok, dan Payakumbuh. Di kampung asalnya, mereka berasal dari keluarga petani, buruh, ataupun pedagang. Keinginnan bidup mandiri dan memiliki ketrampailan yang bisa bernilai ekonomilah yang mendorong mereka pergi belajar menjahit ke Ampek Angkek Agam Sumatera Barat. Pilihan menjadi anak jahit menjadi profesi dapat didasari atas berbagai pemikiran seperti biaya yang renda, tingkat kemandirian yang tinggi, dan dapat. dilakukan di rumah sendiri. Mereka belajar menjahit di Ampek Angkek selama 2 sampai 3 tahun. Biasanya, pada masa belajar itu mereka sudah memiliki ketramapilan menjahit. Pada masa-masa belajar menjahit itu, ada berbagai bentuk hubungan yang diterapkan oleh induk semang mereka. Pertama, mereka membayar sekitar 3 sampai 5 juta rupiah. Kedua, mereka magang dan tidak membayar, akan tetapi hasil kerjanya selama belajar itu tidak dibayar upahnya. Ketiga, mereka menjadi induk semang sebagai orangtua angkat, sehingga mereka diperlakukan sebagai anak sendiri. Anak jahit dilibatkan juga pada urusan rumah tangga seperti mencuci, memasak dan menjaga anak. Pola ini biasanya diberlakukan pada anak jahit yang masih memiliki hubungan keluarga dengan induk semangnya. Buruh jahit memiliki karakteristik sendiri dalam menjalani hidupnya. Buruh jahit ini memiliki mobilitas vertikal yang cukup tinggi dalam usahanya. Jika pada masa awal bekerja mereka menjadi buruh pada induk semangnya, maka dalam perkembangannya selanjutnya mereka bisa menjadi majikan, setidaknya untuk dirinya sendiri. Syarat untuk menjadi induk semang tidaklah terlalu berat. Dengan modal memiliki mesin jahit, maka dari pengalaman mereka bekerja sebagai anak jahit sudah cukup untuk mengembangkan usahanya sendiri. Selama belajar itu, mereka mempelajari berbagai corak dan model jahitan sehingga mereka mampu menguasainya. Dengan demikian, kemandirian anak jahit ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bidang pekerjaan lain yang dimasuki perempuan seperti menjadi penjaga toko ataupun salesmen, bidang pekerjaan yang termasuk banyak diminati oleh perempuan yang tidak memiliki pendidikan tinggi. Kunci pokok dari kemandirian mereka karena memiliki modal kerja berupa skill atau kemampuan menjahit dan mesin jahit. Dengan demikian, bagi anak jahit itu tidak berlaku pernikiran bahwa perempuan tidak diharapkan untuk menghasilkan kontribusi ekonomi bagi rumahtangga. Justru sebaliknya, dalam urusan ekonomi keluarga, mereka dapat dijadikan penghasil utama bagi keluarganya, karena usaha yang mereka lakukan itu dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Anak jahit tidak memiliki pemikiran bahwa tanggungjawab perempuan hanya sebatas dapur, kasur, dan sumur. Justru, merekalah yang bergerak disektor ekonomi yang bisa menghidupi keluarganya sebagaimana terjadi pada anak jahit di di Ampek Angkek Candung Kabupaten Agam. Persoalan kesejahteraan anak jahit sesungguhnya sangat ditentukan oleh kemauan mereka bekerja. Dengan jaringan yang mereka miliki, mereka bisa saja mendapatkan penghasilan yang tinggi. Bahkan, pada beberapa kasus, seorang anak jahit juga sekaligus menjadi pedagang, sehingga keuntungan yang mereka dapatkan menjadi berlipat ganda. Persoalannya adalah tingkat kemauan anak jahit sendiri untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi, terutama dengan kerja keras yang mereka lakukan. Peluang untuk mencapai kesuksesan bagi anak jahit terbuka, terutama ditopang oleh kerja kera yang mereka lakukan. Berbeda tentu saja dengan jadi buruh atau pegawai, yang upahnya dibatasi, sedangkan anak jahit tergantung pada kerja keras yang mereka lakukan.

Item Type: Monograph (Working Paper)
Subjects: P Language and Literature > P Philology. Linguistics
Unit atau Lembaga: Fakultas Ilmu Budaya > Sastra Minangkabau
Depositing User: SSi Santi Ariningsih
Date Deposited: 04 Jun 2010 08:09
Last Modified: 26 Sep 2011 08:33
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/2366

Actions (login required)

View Item View Item