Repository Universitas Andalas

PEMARKAH KALIMAT IMPERATIF LARANGAN DALAM BAHASA MINANGKABAU PARIAMAN (bMP) (PENELITIAN BERKELANJUTAN)

Noviatri , Noviatri and Afiza, Leni (2010) PEMARKAH KALIMAT IMPERATIF LARANGAN DALAM BAHASA MINANGKABAU PARIAMAN (bMP) (PENELITIAN BERKELANJUTAN). Working Paper. Fakultas Sastra. (Unpublished)

[img] Microsoft Word (PEMARKAH KALIMAT IMPERATIF LARANGAN DALAM BAHASA MINANGKABAU PARIAMAN (bMP) (PENELITIAN BERKELANJUTAN)) - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (29Kb)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk pemarkah kalimat imperatif larangan dan menjelaskan perilaku masing-masingnya. Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam mewujudkan tujuan penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu 1) metode dan teknik penyediaan data, 2) metode dan teknik analisis data, dan 3) metode dan teknik penyajiaan hasil analisis data. Untuk penyediaan data digunakan metode simak, untuk penganalisis data digunakan metode padan dan metode agih, dan untuk penyajian hasil analisis data digunakan metode penyajian formal dan informal. Berdasarkan hasil analisis data dijumpai tiga bentuk pemarkah kalimat imperatif larangan dalam bMP, yaitu pemarkah jan, usah, dan antilah. Dalam kalimat imperatif larangan berpemarkah jan dan usah, senantiasa hadir konstituen ndak yang kadangkala beridentitas sebagai negasi dan kadangkala sebagai kategori fatis (kata afektif). Kehadiran konstituen ndak dalam kalimat imperatif larangan berpemarkah usah dan jan memperlihatkan adanya kesamaan dan perbedaan perilaku masing-masingnya. Kesamaan perilaku itu antara lain terlihat pada kehadiran konstituen ndak, baik dalam kalimat imperatif yang berpemarkah jan maupun usah sama-sama senatiasa hadir konstituen ndak yang beridentitas sebagai kategori fatis (kata afektif). Adapun perbedaan perilakunya antara lain terlihat pada posisi kehadiran konstituen ndak dalam kalimat. Dalam kalimat imperatif larangan berpemarkah jan, konstituen ndak hanya dapat hadir pada posisi belakang atau di belakang pemarkah jan. Hadirnya konstituen ndak pada posisi ini akan berpengaruh terhadap identitas dan makna kalimat yang semula berupa kalimat imperatif larangan berubah menjadi kalimat imperatif afirmatif, semula bermakna melarang berubah menjadi menyuruh atau suruhan. Dalam kalimat imperatif larangan berpemarkah usah, konstituen ndak secara senantiasa dapat hadir pada posisi depan dan belakang pemarkah usah. Apabila konstituen ndak berposisi di depan pemarkah usah, maka kehadirannya berfungsi sebagai penegas atau mempertegas larangan. Akan tetapi, bila konstituen ndak berposisi di belakang pemarkah usah, maka kehadirannya berfungsi mengubah identitas dan makna kalimat. Pemarkah kalimat imperatif larangan yang berupa antilah jarang digunakan oleh penutur bMP. Kalaupun ada, itupun digunakan oleh penutur tertentu, yakni penutur dari kalangan anak muda yang seusia atau yang lebih muda dari pada penutur.

Item Type: Monograph (Working Paper)
Subjects: P Language and Literature > P Philology. Linguistics
Unit atau Lembaga: Fakultas Ilmu Budaya > Sastra Minangkabau
Depositing User: Users 24 not found.
Date Deposited: 04 Jun 2010 08:31
Last Modified: 26 Sep 2011 07:37
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/2384

Actions (login required)

View Item View Item