Repository Universitas Andalas

POLA HUBUNGAN KERJA DALAM USAHA PETERNAKAN MASYARAKAT : Studi Pada Masyarakat Jorong Sungai Jambu, Kanagarian Pariangan, Kabupaten Tanah Datar

Nurti, Yevita and Oktavia, Vivi and Damsar, Damsar (2010) POLA HUBUNGAN KERJA DALAM USAHA PETERNAKAN MASYARAKAT : Studi Pada Masyarakat Jorong Sungai Jambu, Kanagarian Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Project Report. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. (Unpublished)

[img] PDF (POLA HUBUNGAN KERJA DALAM USAHA PETERNAKAN MASYARAKAT : Studi Pada Masyarakat Jorong Sungai Jambu, Kanagarian Pariangan, Kabupaten Tanah Datar)
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (1828Kb)

Abstract

Hubungan kerja dalam bidang pertanian dan peternakan masyarakat dapat ditemukan pada masyarakat mana saja. Artinya setiap masyarakat cenderung memiliki dan mengembangkan bentuk hubungan kerja yang dilandasi oleh adat istiadat setempat. Seperti yang dikatakan Sairin (1988: 2l), masinq-masing masyarakat memiliki bentuk hubungan kerja namun terdapat perbedaan bentuk dan polanya sesuai dengan perbedaan kebudayaan yang dimiliki. Tulisan ini mencoba mempelajari bentuk hubungan kerja dalam usaha peternakan masyarakat di kanagarian Sungai Jambu, Tanah Datar. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini ingin meniawab beberapa Dertanvaan : l. Bagaimana pola hubungan kerja yang dilakukan oleh pemilik ternak dengan pengembala ternak 2. Siapa aktor vang terlibat atau vang menjadi mitra dalam hubungan kerja tersebut Penelitian ini menggunakan metode kulitatif. Untuk menjaring data primer di lapangan digunakan teknik observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan kepustakaan serta berbagai literatur yang menunjang. Lokasi penelitian adalah Nagari Sungai Jambu, kecamatan Pariangan kabupaten Tanah Datar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan kerja antara pemilik modal yang dis�ebut Sipokok dengan pengembala (dalam hal ini petani) menggunakan sistem pasaduoi. Hubungan kerjasama dengan sistem pasaduoi ini dilakukan terutama oleh mereka yang mempunyai hubungan kekerabatan dan mereka yang tinggal berdekatan. Namun begitu, ada juga hubungan kerja terbentuk karena mereka sudah kenal baik satu sama lain walaupun tinggal berjauhan dan tidak memiliki hubungan kekerabatan. Pola hubungan kerja yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi aturan kerja. penjualan ternak serta pembagian hasil. Pertama, aturan atau kontrak kerja dimulai segera setelah sipokok memberikan sapi untuk dipelihara kepada petani dan menjelaskan aturan-aturan kerja secara lisan. Selama ternak berada di tangan petani, tenaqa ternak dapat dimanfaatkan oleh petani untuk membajak sawah. Apabila ternak dipekerjakan untuk mengolah lahan pertanian orang lain maka upah vans diperoleh sepenuhnya milik petani. Jika sapi mati (terkena penyakit dsbnya) atau hilang, maka sipokok tidak menuntut kerugian pada petani. Bila sapi sakit dan terpaksa harus dijual maka sistem pasadaoi tetap berlaku. Biaya pengobatan bagi sapi vang sakit terlebih dahulu ditanggulangi oleh sipokok. Kedua adalah penjualan ternak. Penjualan ternak dapat dilakukan di sawah dan di pasar, tergantung kesepakatan denqan pihak pembeli ternak. Pola hubungan kerja yang terakhir adalah pembagian hasil. Setelah sapi terjual, modal awal berupa pembuatan kandang dan biaya obat-obatan (jika sapi sakit) dikeluarkan terlebih dahulu. sisanva dibagi dua sesuai dengan sistem pasadaoi yang telah disepakati.

Item Type: Monograph (Project Report)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Unit atau Lembaga: Lembaga Penelitian Unand
Depositing User: Haryoshi Utami
Date Deposited: 25 Oct 2010 02:21
Last Modified: 22 Sep 2011 07:11
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/4978

Actions (login required)

View Item View Item