Repository Universitas Andalas

MEDAN MAKNA RASA DALAM BAHASA MINANGKABAU

Aslinda, Aslinda (2010) MEDAN MAKNA RASA DALAM BAHASA MINANGKABAU. Project Report. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. (Unpublished)

[img] PDF (MEDAN MAKNA RASA DALAM BAHASA MINANGKABAU) - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (1237Kb)

Abstract

Penelitian ini ditulis dengan tujuan mengungkapkan secara jelas dan tegas mengenai komponen-komponen makna dari tiap-tiap leksem pengungkap rasa serta mengungkapkan apa saja variasi dialek masing-masing leksem. Di samping itu juga menelusuri apakah ada hubungan alam terkembang jadi guru dengan penggunaan leksem yang terdapat dalam bahasa Minangkabau. Kajian medan makna rasa dalam bahasa Minangkabau dilakukan melalui tiga tahap metodologi yang berpijak pada konsepsi dasar triangulasi. Pertama, tahap penyediaan data digunakan metode simak dengan teknik simak libat cakap (metode interaktif natural), dan teknik simak bebas libat cakap (mendengarkan secara sembunyi-sembunyi), serta terakhir menggunakan metode introspeksi. Tahap kedua, analisis data memanfaatkan metode padan dan metode agih digunakan teknik lesap dan teknik ganti guna menguji keberterimaan penggunaan leksem medan makna rasa dalam bahasa Minangkabau. Tahap ketiga, penyajian analisis memakai metode formal dan informal, yakni hasil penyajian dengan rumusan kata-kata serta pemakaian tanda dan lambang. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa medan makna rasa terbagi atas 5 kelompok yakni 1) rasa pada tubuh, 2) rasa pada anggota badan, 3) rasa pada jaringan tubuh,4) rasa pada panca indra, dan 5) rasa hati. Semua pembahasan ini bertolak dari bahasa Minangkabau umum karena banyaknya variasi dialektis yang ada. Banyak variasi dialektis yang tampak, misalnya rasa sembuh dari sakit bila orang Padang, Agam, Pariaman, menyebutnya dengan cegak, tetapi orang Pasaman menyebutnya ondo, dan orang Muaro Labuah menyebut segeh. Leksem segeh untuk orang Padang, Agam maknanya "sudah rapi" dan "siap berangkat". Hubungan "alam takambang jadi guru" dengan leksem pengungkap medan makna rasa menurut beberapa orang adalah dalam adat Minang, seperti Bapak Jamaludin dan Emral Jamal memang ada hubungan, misalnya sebagian orang Pariaman menyebut "nak madu" untuk menyebut mau buang air besar. Disebut madu karena melihat lebah mengeluarkan madu dari perutnya, jadi kalau orang mengeluarkan sesuatu dari perutnya juga disebut madu.

Item Type: Monograph (Project Report)
Subjects: P Language and Literature > P Philology. Linguistics
Unit atau Lembaga: Lembaga Penelitian Unand
Depositing User: mharri novendra
Date Deposited: 25 Oct 2010 07:21
Last Modified: 21 Sep 2011 06:29
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/5069

Actions (login required)

View Item View Item