Repository Universitas Andalas

PENANGANAN PASCA PANEN DAN PEMASARAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KECAMATAN SIMPANG ALAHAN MATI KABUPATEN PASAMAN

Putri, Maira Dwi (2009) PENANGANAN PASCA PANEN DAN PEMASARAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KECAMATAN SIMPANG ALAHAN MATI KABUPATEN PASAMAN. Other thesis, Fakultas Pertanian.

[img] PDF (PENANGANAN PASCA PANEN DAN PEMASARAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KECAMATAN SIMPANG ALAHAN MATI KABUPATEN PASAMAN) - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (660Kb)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan penanganan pasca panen antara biji kakao fermentasi dan biji kakao non fermentasi dari aspek teknis dan ekonomis serta untuk menganalisa saluran pemasaran dan margin tataniaga biji kakao di Kecamatan Simpang Alahan Mati. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena produksi kakao di Kecamatan Simpang Alahan Mati paling banyak dan yang terluas di Kabupaten Pasaman. Penelitian ini menggunakan metode survey. Pemilihan sampel petani dilakukan dengan menggunakan teknik Propotionate Stratified Random Sampling. Propotionate Stratified Random Sampling digunakan pada setiap unsur populasi heterogen namun, berstrata secara proporsional. Jumlah sampel yang diambil sebanding dengan jumlah anggota populasi pada setiap strata. Sampel yang diambil sebanyak 30 orang. Sementara itu, pedagang sampel yakni pedagang yang terkait dengan pemasaran petani sampel di Kecamatan Simpang Alahan Mati. Kegiatan ini dilakukan secara berantai dari tingkat petani sampel hingga tingkat eksportir di Padang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, bahwa pengolahan biji kakao fermentasi secara teknis membutuhkan waktu 9 - l1 hari, sedangkan biji kakao non fermentasi membutuhkan waktu 4 - 6hari. Secara ekonomis, harga biji kakao fermentasi sekitar Rp.21.500 - Rp.23.000/Kg dan biji kakao non fermentasi sekitar Rp. 19.000 - Rp. 2l .000/Kg. Pada daerah penelitian, ditemukan dua bentuk pola saluran pemasaran, yaitu pola I : Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Antar Daerah - Eksportir sebanyak 71,92 % dan pola II : Petani - Pedagang Antar Daerah - Eksportir sebanyak 28,080 . Pendapatan petani dalam 100 Kg biji kakao basah pada pola saluran l, dalam bentuk biji kakao fermentasi Rp. 1.265.179 dan dalarn bentuk non fermentasi Rp. 1.326.104,22. Sedangkan pada pola saluran II, dalam bentuk fermentasi Rp. 1.308.492 dan non fermentasi Rp. 1.385.236. Hal ini terlihat, bahlva pendapatan petani yang menjual biji kakao non fermentasi, baik pada pola saluran I dan II lebih tinggi dibandingkan petani yang menjual dalam bentuk biji kakao fermentasi. Dari segi teknis, pengolahan biji kakao secara fermentasi membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pengolahan secara non fermentasi. Pada daerah penelitian, peranan kelompok tani dalam bidang pemasaran belum optimal. Diharapkan untuk selanjutnya kelompok tani lebih berperan dalam pemasaran. Petani sebaiknya menjual secara berkelompok ke pedagang antar daerah atau langsung ke eksportir agar memiliki posisi tawar yang lebih tinggi.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Unit atau Lembaga: Fakultas Pertanian > Agronomy
Depositing User: girl 123 456
Date Deposited: 24 Nov 2010 05:26
Last Modified: 24 Nov 2010 05:26
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/5968

Actions (login required)

View Item View Item