Repository Universitas Andalas

Pengembangan Potensi Insektisida Melur (Brucea javanica) untuk Mengendalikan Hama Kubis Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae ) dan Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae)

Lina , Eka Candra and Arneti, Arneti (2008) Pengembangan Potensi Insektisida Melur (Brucea javanica) untuk Mengendalikan Hama Kubis Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae ) dan Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae). Working Paper. Fakultas Pertanian. (Unpublished)

[img] Microsoft Word (Pengembangan Potensi Insektisida Melur (Brucea javanica) untuk Mengendalikan Hama Kubis Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae ) dan Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae)) - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (143Kb)

Abstract

Tanaman Brassicaceae/Cruciferae (kubis-kubisan) banyak diusahakan di Indonesia umumnya dan Sumatera Barat khususnya. Dalam proses pembudidayaannya banyak kendala yang dihadapi, antara lain serangan hama. Hama dominan yang ditemukan pada tanaman kubis adalah ulat Crocidolomia pavonana (F.) dan Plutella xylostella (L.). Serangan kedua hama tersebut bisa menimbulkan kerugian sampai 100% pada musim kemarau, sehingga kerusakan yang disebabkan oleh kedua hama tersebut dapat menghambat upaya peningkatan produksi sayuran kubis-kubisan (Sastrosiswojo & Setiawati 1993). Petani sayuran di dataran tinggi maupun di dataran rendah pada umumnya menggunakan insektisida sintetik secara intensif untuk mengendalikan hama sayuran kubis-kubisan (Sastrosiswoyo 1995). Ketergantungan pada insektisida sintetik ini menimbulkan banyak kerugian seperti pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan, residu insektisida dan membuat masalah hama menjadi semakin kompleks dengan munculnya resistensi, resurjensi, dan hama sekunder (Metcalf 1986; Perry et al. 1998). Kerugian akibat penggunaan insektisida sintetik dan keterbatasan cara pengendalian yang efektif terhadap hama C. pavonana dan P. xylostella mendorong pencarian sarana pengendalian hama alternatif yang aman dan efektif. Salah satu alternatif yang patut dipelajari ialah insektisida botani (bahan insektisida dari tumbuhan). Kelompok insektisida ini bersifat lebih spesifik bila dibandingkan dengan insektisida sintetik, tidak mencemari lingkungan (fisik) karena mudah terurai di alam, dan tidak cepat menimbulkan resistensi (Coats 1994; Prakash & Rao 1997; Isman 2006). Lebih dari 2400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Grainge & Ahmed 1988). Di antara tumbuh-tumbuhan tersebut adalah melur (Brucea javanica [L.] Merr) (Simaroubaceae). Famili Simaroubaceae diketahui memiliki banyak spesies yang memiliki khasiat obat (Padua & Bunyapraphatsara 1999). Begitu juga tumbuhan melur yang banyak ditemukan di daerah Sumatera Barat sering digunakan penduduk sebagai obat panas, sakit pinggang, mencegah kanker, dan obat cacingan. Noverman (1990) menyebutkan bahwa melur dapat menghentikan pendarahan (hemostatis), membunuh parasit, antidisentri, dan anti malaria. Penelitian daya anticacing sari buah melur terhadap cacing Ascaridia galli (cacing gelang pada ayam) secara in vitro dengan air rebusan 10% b/v menunjukkan efek yang nyata. Senyawa bruseantin yang merupakan semisintesis bruseosid A dari B. Javanica diketahui memiliki aktivitas antitumor yang sangat baik. (Guo et al. 2005). Sifat insektisida melur belum banyak diteliti, dengan senyawa utama quasinoid tanaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber insektisida botani baru. Berbagai penelitian terhadap spesies Simaroubaceae telah berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi lebih dari 150 quasinoid (Guo et al. 2005). Beberapa di antaranya telah diuji aktivitasnya terhadap serangga dan menunjukkan efek antifedant (menghambat makan) serta menghambat perkembangan serangga. Sebagai contoh quasin (X) menghambat makan larva instar 4 kumbang Epilachna varivestis dan instar 5 ulat Spodoptera eridania (Leskinen et al. 1984). Polonsky et al. (1989) melaporkan bahwa quasinoid isobrusein A dan B, brusin B dan C, glaukarubinon, dan quasin menghambat makan kutu daun Myzus persicae. Govindachari et al. (2000) telah mengisolasi empat senyawa quasinoid yaitu senyawa indaquasin C, samaderin C, B, dan A dari biji dan kulit batang Samadera indica. Keempatnya memiliki aktivitas antifeedant terhadap ulat Spodoptera litura.memperlambat perkembangan serta menyebabkan kematian pupa dari ulat tersebut. Mancebo et al. (2000) menguji aktivitas antifeedant dan penghambat perkembangan ekstrak metanol kayu dan daun Quassia amara terhadap larva hypsipyla grandella. Aktivitas tersebut tampak nyata pada konsentrasi 0,32% untuk ekstrak kayu dan konsentrasi 3,16% untuk ekstrak daun

Item Type: Monograph (Working Paper)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Unit atau Lembaga: Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman
Depositing User: S.Si Fitria Ramona
Date Deposited: 25 May 2010 01:57
Last Modified: 25 May 2010 01:57
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/780

Actions (login required)

View Item View Item