Repository Universitas Andalas

Abstrak Penelitian Dosen Fakultas Sastra tahun 2009

Admin Lp Unand, (2010) Abstrak Penelitian Dosen Fakultas Sastra tahun 2009. LP Unand, LP Unand.

[img] PDF (Abstrak)
Download (263Kb)
Official URL: lp unand.ac.id

Abstract

HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN LINGUISTIK BERBASIS KOMPETENSI DAN CULTURAL STUDIES DI JURUSAN SASTRA INGGRIS MENUJU PEMBENTUKAN KURIKULUM MAGISTER LINGUISTIK KEBUDAYAAN DAN MAZHAB LINGUISTIK UNIVERSITAS ANDALAS Dr. Sawirman, S.Pd., M.Hum. Laily Martin, S.S., M.Pd. Arfinal, S.S. M.Hum Yessy Markolinda, S.Si., M.Repro. Nomor Kontrak: No 126.a/H.16/PL/HB.PHB/IV/2009 RINGKASAN DAN SUMMARY A. Tujuan dan Objek Tujuan penelitian ini selama tiga tahun adalah menjadikan KBK berdimensi cultural studies sebagai paradigma model pengembangan pembelajaran/kompetensi linguistik di Universitas Andalas (ciri khas Mazhab Linguistik Universitas Andalas) yang sampai saat ini masih belum berwujud. Pengembangan kompetensi linguistik berdimensi cultural studies juga dimaksudkan untuk menghindari jebakan nomotetis, fondasionalis, dan konstruksivis pada ranah linguistik. Potret dan model pengembangan enam MK di Jurusan Sastra Inggris Unand dan enam MK di Program S2 Linguistik Kebudayaan Unand. Sejumlah universitas yang memiliki Program Magister Linguistik Terakreditasi di Indonesia (UI, Unika Atmajaya, Unpad, UGM, dan Unud) akan dilibatkan sebagai bahan pembanding. Beberapa aspek yang dikaji meliputi (a) RKPPS, (b) buku ajar, (c) materi ajar, (d) strategi analisis linguistik, (e) sarana labor, (f) kendala dosen/mahasiswa mengimplementasikan KBK, dan (g) model pengembangan linguistik berbasis KBK dan cultural studies. Hasil potret tersebut akan dijadikan sebagai basis pengembangan ke arah (a) RKPPS, (b) buku ajar, (c) materi ajar, (d) strategi analisis linguistik, (e) disain labor linguistik berbasis standar minimal, (f) usulan kebijakan kepada institusi untuk mengatasi kendala KBK; dan (g) penciptaan dan pengujian model pengembangan pembelajaran dan analisis linguistik berbasis KBK dan cultural studies. DARUSSALAM: TELAAH SEJARAH SENI (ABAD XIII – XVIII M) Oleh: Herwandi & Khanizar Chan1 Abstrak Kaligrafi Islam telah tumbuh subur di Nangroe Aceh Darussalam dari abad ke 13 - 18 M, terbukti dengan banyaknya dijumpai temuan-temuan arkeologis di daerah ini yang penuh dihiasi kaligrafi Islam. Tulisan ini merupakan hasil penelitian terhadap makam berhias kaligrafi Islam di nanggroe Aceh Darussalam, dengan mempergunakan pendekatan arkeologi dan sejarah. Penelitian ini telah melalui tahap inventarisasi, dokumentasi, kalasifikasi dan interpretasi serta dianalisis dengan asumsi bahwa kesenian sebagai produk budaya telah dipengaruhi oleh latar budaya dan dinamika sosial masyarakat pendukungnya. Penelitian ini mengungkapkan ragam kalimat yang cenderung dipakai (seperti kalimat: syahadah, basmalah, ayat-ayat al- Quran, dan puisi-puisi sufi), dan jenis-jenis tulisan (khat) yang muncul cukup bervariatif seperti; kufik, kufik ornamental, thuluth, dan naskhi, dan ditemukan tipe tulisan yang memperlihatkan adanya unsur local genius, yaitu tulisan figural dan tulsan “samar” hasil pembauran yang khas antra seni tradisi dengan khat islami. Penelitian ini dapat melihat hubungan kesejarahan kaligrafi Islam pada makam Nangroe Aceh Darussalam dengan dinamika sosial dan pergumulan ide keagamaan yang melatarinya. FUNDAMENTAL KESANTUNAN DALAM BAHASA MINANGKABAU Oleh Prof. Dr. Oktavianus, M.Hum Dr. Ike Revita, S.S., M.Hum. NOMOR : 126b/H.16/PL/HB-PID/IV/2009 TANGGAL 20 APRIL 2009 Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kesantunan berbahasa sangat penting dalam bahasa dan budaya Minangkabau. Kesantunan 1 Herwandi menyelesaikan studinya dan memperoleh gelar Dr. Di program studi Arkeologi di Univ. Indonesia, pada tahun 2002 . Khanizar Chan, menyelesaikan studinya dan memperoleh gelar M.Si. di Program Kajian Budaya di Udayana Bali. Kedua pneneliti saat ini sebagai dosen Fak. Sastra Unand. berbahasa diperintahkan dalam agama Islam yang dianut oleh orang Minangkabau dan merupakan inti adat Minangkabau yang terdapat dalam nukilan syarak mangato adat mamakai. Dengan demikian, salah satu nilai budaya yang bernaung di bawah filosofi adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah adalah kesantunan berbahasa. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa kesantunan berbahasa harus muncul dalam setiap tindak ujar yang dilakukan oleh orang Minangkabau. Bentuk-bentuk kesantunan itu antara lain kesantunan meminta, kesantunan menolak, kesantunan bertanya, kesantunan imperatif, kesantunan berjanji, kesantunan menyatakan sesuatu, kesantunan memuji, kesantunan memberi, kesantunan dalam keadaan marah, kesantunan dalam keadaan gembira. Adapun ciri-ciri bahasa yang santun dalam bahasa dan budaya Minangkabau dapat dilihat dari penggunaan kata, konstruksi kalimat, ketidaklangsungan penyampaian suatu maksud baik melalui ujaran tidak langsung maupun peribahasa yang mengandung kias, penggunaan partikel, penggunaan sapaan/nama, dan penempatan pemagar. Di samping itu, kesantunan berbahasa muncul pada semua latar pertuturan seperti ranah keluarga, tempat-tempat umum, di mesjid, di sekolah, di pasar, dan instansi pemerintah. Teori Sastra Multikultural: Kosmologi Kato2 Oleh Drs. Fadlillah, M.Si Abstrak India, Karibia, Afrika, sudah mempunyai teori sastra dan budaya sendiri, sedangkan Indonesia masih memakai teori Eropa. Dengan dasar demikian, sudah saatnya membangun (konstruk) teori kritik dari budaya sendiri untuk menelaah karya sastra atau budaya.Setiap budaya adalah budaya dunia.Teori kritik dari budaya sendiri itu tentu dalam perspektif paradigma ilmu pengetahuan yang sudah berubah, antara lain paradigma postpositivisme. Dengan demikian kajian terhadap karya prosa Gus tf Sakai; yakni novel Tambo (Sebuah Pertemuan) dan karya sastra tradisi yakni kaba dapat dirumuskan epistemologi teori sastra multikultural. Manusia ada pada kata, kata yang sebenar kata; yang dipegang pada manusia adalah kata. Kata, sebuah alam. Jati diri manusia adalah kato nan sabana kato (kata sebenar kata). Dengan demikian kata sebenar kata berdasarkan “raso jo pareso”, (rasa dan periksa; keseimbangan kecerdasan rasional dan emosional, dengan dasar kosmologi “alam terkembang jadi guru”). Manusia ada pada alam kata-nya, kosmologi kato. Kosmologi kato merupakan cara (bagaimana) pengambilan atau menemukan kearifan. Sedangkan mengambil kearifan, di samping ia berada pada realtitas obyektif tetapi juga pragmatik, mimetik, serta subyektif, “kata sebenar kata” merupakan persoalan “bagaimana mengambil kearifan”. Adapun metodologi secara filosofi berada pada tataran 2 Terima kasih kepada Dirjen. Dikti. Depdiknas. melalui Dipa Unand Tahun Anggaran 2009 yang telah membiayai Penelitian Fundamental ini. kualitatif rasionalistik, bukan kualitatif positivistik. Pada akhirnya, salah satu inti kekuatan sastra adalah pada kato (kata = word). Kata Kunci: Kata, Kosmologi, postpositivisme, postmodern. Bahasa Iklan dan Pengaruh Terhadap Masyarakat Oleh : Efri Yades dan Leni Syafyahya ABSTRAK Iklan merupakan media promosi bagi kalangan yang ingin menginformasikan sesuatu. Iklan menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi. Dengan demikian, pada artikel ini dibahas bahasa iklab dari tataran frase, klausa, dan kalimat. Kemudian dilanjutkan penjelasan tentang informasi dan maksud yang disampaikan serta pengaruhnya terhadap masyarakat. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data yang dikumpulkan ditemukan struktur frase, klausa, dan kalimat. Frase yang ditemukan dua tipe frase yaitu endosentris dan eksosentris. Lalu, berdasarkan konstituen inti, ditemukan frase verbal, nominal, adjektif, dan frase numeral. Selanjutnya, klausa ditemukan klausa verbal dan nonverbal, sedangkan kalimat ditemukan kalimat tunggal dan kalimat majemuk dari segi bentuk. Dari segi fungsi yang ditemukan kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan seruan. Informasi yang ditemukan adalah kesehatan, kecantikan, dan perawatan tubuh, makanan dan minuman, otomotif, dan elektronik, sedangkan maksud yang disampaikan adalah aspek maksud deklaratif, persuasif, dan imperatif. Sebagian masyarakat merespon dengan baik keberadaan iklan karena iklan dapat memebrikan informasi kepada mereka. Masyarakat cendrung membeli barang yang diiklankan daripada barang tidak diiklankan. Kata kunci : Frase, klausa kalimat, pengaruh iklan Nilai-Nilai Budaya Minangkabau dalam Pasambahan Batagak Panghulu: Implikatur dan Pola Percakapan Bahasa Adat (Suatu Kajian Pragmatik) Oleh Dra Hj. Arwina Dharma,MA Dra Hj. Lucy Suraiya,MA Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pidato pasambahan batagak penghulu erat kaitannya dengan cara-cara pemilihan pemimpin di Minangkabau dari zaman dahulu. Oleh karena itu setiap penutur bahasa Minangkabau perlu selalu mendalami nilai-nilai yang terdapat dalam pidato adat batagak penghulu dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian terciptalah sumber daya manusia yang berkualitas. Teori Sastra Multikultural: Kosmologi Kato3 Oleh Drs. Fadlillah, M.Si Abstrak India, Karibia, Afrika, sudah mempunyai teori sastra dan budaya sendiri, sedangkan Indonesia masih memakai teori Eropa. Dengan dasar demikian, sudah saatnya membangun (konstruk) teori kritik dari budaya sendiri untuk menelaah karya sastra atau budaya.Setiap budaya adalah budaya dunia.Teori kritik dari budaya sendiri itu tentu dalam perspektif paradigma ilmu pengetahuan yang sudah berubah, antara lain paradigma postpositivisme. Dengan demikian kajian terhadap karya prosa Gus tf Sakai; yakni novel Tambo (Sebuah Pertemuan) dan karya sastra tradisi yakni kaba dapat dirumuskan epistemologi teori sastra multikultural. Manusia ada pada kata, kata yang sebenar kata; yang dipegang pada manusia adalah kata. Kata, sebuah alam. Jati diri manusia adalah kato nan sabana kato (kata sebenar kata). Dengan demikian kata sebenar kata berdasarkan “raso jo pareso”, (rasa dan periksa; keseimbangan kecerdasan rasional dan emosional, dengan dasar kosmologi “alam terkembang jadi guru”). Manusia ada pada alam kata-nya, kosmologi kato. Kosmologi kato merupakan cara (bagaimana) pengambilan atau menemukan kearifan. Sedangkan mengambil kearifan, di samping ia berada pada realtitas obyektif tetapi juga pragmatik, mimetik, serta subyektif, “kata sebenar kata” merupakan persoalan “bagaimana mengambil kearifan”. Adapun metodologi secara filosofi berada pada tataran kualitatif rasionalistik, bukan kualitatif positivistik. Pada akhirnya, salah satu inti kekuatan sastra adalah pada kato (kata = word). Kata Kunci: Kata, Kosmologi, postpositivisme, postmodern. 3 Terima kasih kepada Dirjen. Dikti. Depdiknas. melalui Dipa Unand Tahun Anggaran 2009 yang telah membiayai Penelitian Fundamental ini. DIPA TEATER POSTMODERN INDONESIA: KASUS JALAN LURUS KARYA WISRAN HADI (KAJIAN CULTURAL STUDIES) Oleh: Drs. Syafril, M.Si (Ketua), Muchlis Awwali, S.S., M.Si (Anggota), Pinto Anugrah (Anggota) Abstract Theatre of Indonesia, what really have identity to Indonesia, new there since appearance of Indonesia postmodern of theatre, precisely since show of Jalan Lurus by Wisran Hadi, produced Bumi Teater (Padang) which show in PKJ-TIM Jakarta at 1993. What will be theatre of Indonesia precisely theatre of postmodern Indonesia of JL, that becoming this research case. Through in perpective Cultural Studies, paradigm of postmodernism Indonesia, and use the theory postmodern namely deconstruction, intertext, reception esthetics, multicultural, hypersemiotic/hyperealist, and postcolonial (by eclectic), research problem focussed at analysis form, function, and mean this try to lay open the form, function, and mean the theatre of postmodern Indonesia at JL and at one blow its existence—passing postmodernity of construction, esthetics, social, cultural, and Indonesia politics owned— as really of theatre reality have identity of Indonesia so that really can be referred as theatre of Indonesia. TAREKAT NAQSABANDIYAH DI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA: STUDI ATAS DINAMIKANYA MELALUI TEKS DAN KONTEKS NASKAH-NASKAH KARYA JANIUS AHMAD DATUK MALI PUTI ALAM Pramono, Danang Susena, Rino Zatra , Adriyetti Amir Dalam konteks wacana Islam lokal di Minangkabau, dikenal salah satu lembaga Islam yang penting. Lembaga tersebut adalah surau, yakni sebuah lembaga pribumi yang telah menjadi pusat pengajaran Islam yang menonjol. Surau juga merupakan titik tolak Islamisasi di Minangkabau. Sebagai pusat tarekat, surau juga menjadi benteng pertahanan Minangkabau terhadap berkembangnya dominasi kekuatan Belanda (Azra, 2003:34). Selain itu, sebagai pusat tarekat, surau juga menjadi tempat untuk konsentrasi gerakan bagi masingmasing golongan yang sedang berpolemik tentang paham keislaman yang terjadi di Minangkabau pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Dalam fungsinya yang terakhir, pada waktu itu surau menjadi institusi penting dalam proses transmisi berbagai pengetahuan Islam. Di surau itulah para ulama dari masing-masing golongan tarekat membangun jaringan guru-murid sehingga tercipta saling-silang hubungan keilmuan yang sangat kompleks. Seiring dengan persebaran paham keagamaan Islam di surau-surau tersebut, tradisi penulisan dan penyalinan naskah (manuskrip) pun tumbuh dengan subur. Para syaikh, ulama, buya, dan ungku yang mengajar di suatu surau, menyalin dan menulis naskah. Naskah-naskah yang disalin dan ditulis tersebut dimaksudkan untuk menyebarkan pengajian dan mendebat ataupun mengkritik pendapat orang lain atau golongan yang berbeda paham keislamannya, serta untuk mengkritik keadaan sosial. Hal ini memberikan gambaran bahwa surau bukan sekedar tempat belajar membaca al-Quran atau belajar adab, melainkan surau juga merupakan tempat yang digunakan sebagai pusat kecendekiaan. Di surau tempat belajar kitab, tempat belajar berdebat dan tempat untuk mengggali khasanah keilmuan yang terdapat dalam kitab-kitab dan dari guru (Suryadi, 2000; lihat juga Azra, 2003 dan Pramono, 2005). Surau sebagai tempat penulisan dan penyalinan naskah merupakan fenomena yang menarik sebagai gambaran tradisi pernaskahan dan tradisi intelektual di Minangkabau. Lebih menarik lagi, tradisi penulisan naskah masih bertahan hingga sekarang. Dalam hal ini misalnya, dikenal Janius Ahmad Datuk Mali Puti Alam (w. 12 Oktober 2008), sebagai penulis naskah-naskah Islam, khususnya tentang ajaran tarekat Naqsabandiyah di Surau Suluk, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota. Naskah-naskah itu ditulis dengan aksara Arab Melayu (Jawi) yang berisi informasi dan pengetahuan berharga yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui corak ajaran, dinamika, dan perkembangan tarekat Naqsabandiyah, khususnya di Kabupaten Limapuluh Kota. Naskah-naskah tersebut merupakan khasanah budaya yang penting baik secara akademis maupun sosial budaya. Secara akademis melalui naskah-naskah itu dapat diungkap nilai-nilai yang bermanfaat bagi pengungkapan sejarah, dinamika dan perkembangan tarekat Naqsabandiyah. Secara sosial budaya, naskah-naskah itu merupakan identitas, kebanggaan dan warisan yang berharga. Naskah merupakan hasil kegiatan intelektual dalam masyarakat tradisional (local genius). Naskah merupakan warisan budaya yang berisi beraneka ragam teks karya cipta masyarakat yang dapat digunakan untuk penelitian keagamaan, falsafah, kesejarahan, kesusastraan, kebahasaan, persoalan adat-istiadat, perundang-undangan, dan kajian-kajian dengan sudut pandang yang lain (Yusuf [Peny.], 2006: 3). Dalam konteks itulah sesungguhnya penelitian atas naskah-naskah Naqsabandiyah yang ditulis oleh Janius Ahmad Datuk Mali Puti Alam menjadi penting. Apalagi, dalam konteks Islam lokal di Kabupaten Limapuluh Kota, tarekat Naqsabandiyah merupakan jenis tarekat yang sudah lama berkembang dan masih bertahan hingga sekarang. Tarekat Naqsabandiyah telah mengalami persentuhan dan pergolakan yang cukup lama dengan berbagai tradisi dan budaya lokal. Akan tetapi, sangat disayangkan dinamika dan perkembangan tarekat Naqsabandiyah di wilayah itu belum terekam dengan baik, karena belum banyak penelitian yang dilakukan terhadapnya. Oleh karenanya, penelitian ini antara lain dimaksudkan untuk mengisi kekosongan literatur tentang tarekat Naqsabandiyah tersebut melalui kajian atas naskah-naskahnya, khususnya naskah-naskah yang ditulis oleh Janius Ahmad Datuk Mali Puti Alam. Melalui penelitian ini akan dilihat sejauh mana naskahnaskah tersebut menggambarkan dinamika tarekat Naqsabandiyah di Kabupaten Limapuluh Kota. Adapun tujuh naskah karya Janius Ahmad sebagai berikut: (1) naskah “Ajaran Tarekat Naqsabandiyah”; (2) naskah “Kitab Sifat Dua Puluh”; (3) naskah “Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah (Suluk)”; (4) naskah “Tasauf”; (5) naskah “Kaji Tubuh”; (6) naskah “Fikih”; dan (7) naskah “Surat Wasiat”. Ajaran dasar Tarekat Naqsyabandiyah pada umumnya mengacu kepada empat aspek pokok yaitu: syari’at, thariqat, hakikat dan ma’rifat. Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah ini pada prinsipnya adalah cara-cara atau jalan yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin merasakan nikmatnya dekat dengan Allah. Ajaran yang nampak kepermukaan dan memiliki tata aturan adalah suluk atau khalwat. Suluk ialah mengasingkan diri dari keramaian atau ke tempat yang terpencil, guna melakukan zikir di bawah bimbingan seorang syekh atau khalifahnya selama waktu 10 hari atau 20 hari dan sempurnanya adalah 40 hari. Tata cara bersuluk ditentukan oleh syekh antara lain; tidak boleh makan daging, ini berlaku setelah melewati masa suluk 20 hari. Begitu juga dilarang bergaul dengan suami atau istri; makan dan minumnya diatur sedemikian rupa, kalau mungkin sesedikit mungkin. Waktu dan semua pikirannya sepenuhnya diarahkan untuk berpikir yang telah ditentukan oleh syekh atau khalifah. Sebelum suluk ada beberapa tahapan yaitu; Talqin dzikir atau bai’at dzikir, tawajjuh, rabithah, tawassul dan dzikir. Talqin dzikir atau bai’at dzikir dimulai dengan mandi taubat, bertawajjuh dan melakukan rabithah dan tawassul yaitu melakukan kontak (hubungan) dengan guru dengan cara membayangkan wajah guru yang mentalqin (mengajari dzikir) ketika akan memulai dzikir. Dzikit ada 5 tingkatan, murid belum boleh pindah tingkat tanpa ada izin dari guru. Kelima tingkat itu adalah (a) dzikir ism al-dzat, (b) dzikr al-lata’if, (c) dzikir naïf wa isbat, (d) dzikir wuquf dan ( e) dzikir muraqabah. Kegiatan suluk ini juga dilaksanakan di Surau Tarekat di mana Janius Ahmad mengajar. Dalam naskah-naskah karya Janius Ahmad juga terdapat ajaran-ajaran tersebut di atas. Naskah-naskah yang ia buat dijadikan rujukan bagi muridmuridnya. Akan tetapi, naskah-naskah yang berkaitan dengan ajaran Tarekat Naqsabandiyah yang ditulis oleh Janius Ahmad lebih terfokus pada tiga ajaran pokok, yaitu îmân, Islâm dan ihsân. “MALIN KUNDANG” KARYA WISRAN HADI: SEBUAH PERBANDINGAN Oleh: HERRY NUR HIDAYAT, Drs. WASANA YULI SARTIKA Dra. ADRIYETTI AMIR, S.U. Nomor 088/H.16/PL/DIPA/I/2009 tanggal 2 April 2009 Abstract This research is describe that a reader can produce new works. There are differences between ‘Legenda Malin Kundang’ with “Drama Malin Kundang’. Those differences shows the intertextuality. The differences indicate that there is a readers reactions, respons, and interpretations which have different backgrounds and horizon expectations. Key words: Malin Kundang, drama, intertextuality, comparative approach, MAKNA NAMA DIRI PADA MASYARAKAT MINANGKABAU4 Oleh: Oleh: Rona Almos, S. S., M. Hum., Bahren, S. S., Zilda Alamanda, Dra Reniwati, M. Hum.5 Abstrak Nama menunjukkan identitas seseorang, baik individu maupun kelompok. Selain itu, pada nama terdapat aspek-aspek lain seperti kebiasaan-kebiasaan, pola pikir, tanggung jawab dan lain-lain. Banyak hal yang mempengaruhi nama seseorang. Tidak ada sesuatu yang kekal dan abadi di dunia ini maka, dapat diprediksi nama sebagai aspek yang kecil dari alam, dari masyarakat, dan dari bahasa, pasti mengalami perubahan. Pada penelitian ini ditemukan penamaan pada masyarakat Minangkabau ada yang dikaitkan dengan hal-hal tertentu (bermotivasi) dan ada yang tidak (tidak bermotivasi). 4 Artikel ini adalah ringkasan laporan penelitian yang didanai dari DIPA Unand tahun 2009 5 Penulis adalah dosen Jurusan Sastra Daerah Program Studi Bahasa dan Sastra Minangkabau Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang. Kata Kunci: nama, minangkabau,bermotovasi, dan tidak bermotivasi Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009 Oleh Yudhi Andoni6 Abstrak Periode 1999 bagi masyarakat Sumatera Barat menjadi titik balik secara struktural dan kultural, yakni pengimplementasian wacana “Kembali ke Nagari”, dan “Kembali ke Surau”. Dalam 10 tahun dinamikanya, terdapat tiga eksponen penting sebagai penggerak; Kaum Adat, Kaum Agama, dan Negara yang diwakili oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Ketiga komponen ini berusaha memberi definisi secara substansial atas identitas keminangkabauan masyarakat Minang. Pertanyaan siapa dan apa yang disebut orang Minang itu dikonstruksi secara berbeda dan menjadi kontestasi di antara mereka. Namun ketiganya tampak setuju bahwa konstruksi identitas itu berada pada ruang yang mereka namakan, adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABSSBK). Tulisan ini memakai pendekatan penulisan sejarah kritits. Penulisan ini melalui proses menguji dan menganalisa secara kritis, jejak tertulis dan peninggalan masa lalu manusia guna memperoleh konstruksi aktivitas manusia tersebut. Langkah yang ditempuh dalam penulisan ini adalah melalui kajian sejarah kritis dengan metode; heuristik yaitu mencari, mengumpulkan dan menggunakan sumber; kritik yaitu memberikan semacam kritikan terhadap sumber yang diperoleh; interpretasi yaitu pemahaman terhadap sumber yang diperoleh; dan tahap terakhir pertanggungan jawab secara ilmiah lewat karya tulis. Hasil temuan dari penelitian ini menjelaskan fenomena hubungan antara Kaum Adat, Kaum Agama, dan Negara telah mendorong sebuah proses kontestasi satu sama lain. Kontestasi ini terjadi oleh; pertama, terkacaukan dan meningkatnya kesadaran Kaum Adat terhadap otoritas dan kemegahan tradisi Minangkabau ketika berhadapan dengan kepentingan politik Negara; kedua, penguatan nilai-nilai keislaman dalam mengisi ruang ABSSBK; ketiga, liarnya campur tangan Negara dalam ruang identitas sosio-budaya dan keagamaan masyarakat Minangkabau. Akibatnya, bagi Pemda dan Ulama, konstruksi apa dan siapa orang Minang modern adalah orang beragama Islam yang hidup di Sumatera Barat dan dipengaruhi oleh budaya Minangkabau. Negara dan Islam memandang tidak penting, apakah warga atau umat menganut sistem matrilineal atau tidak. Berbeda dengan keduanya, Kaum Adat dengan gigih berusaha mempertahankan kesucian tradisi, dan itu mereka usahakan lewat kurikulum muatan lokal seperti BAM (Budaya Alam Minangkabau). Kata kunci: titik balik struktual dan kultural, ruang identitas, kembali ke surau, kembali ke nagari 6 Penulis adalah staf pengajar di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andala, Padang. Penulis dapat dikontak di yudhiandoni@fsastra.unand.ac.id. HSN MANAJEMEN PENGELOLAAN WARISAN SEJARAH DI SUMATERA BARAT: Mencari Model yang Dapat Memelihara Pelestarian Nilai Keaslian Oleh Peneliti Utama: DR. MHD. NUR, M.S. PROF. DR. HERWANDI, M. Hum ABSTRAK Penelitian ini berusaha menginventarisasi dan mendokumentasi warisanwarisan sejarah yang akan dan telah dikelola untuk kepentingan kepariwisataan, sekaligus melakukan mapping terhadap model pengelolaan yang dipakai oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan propinsi di Sumatera Barat. Model pengelolaan yang di dalamnya termaktub masalah revitalisasi warisan sejarah di Sumatera Barat selama ini memiliki efek samping yang merusak dan menghilangkan keorisinilan nilai sejarah. Luaran penelitian ini menghasilkan model-model pengembangan dan pengelolaan yang sedang berlangsung dan menciptakan model yang paling tepat (Model Pengelolaan Terpadu) agar pengelolaan objek wisata tersebut tetap menjaga keorisinilan nilai warisan sejarah. Target luaran penelitian ini adalah buku dan artikel jurnal yang lengkap berisi: rekomendasi untuk pemerintah Daerah Sumatera Barat, dan dapat juga menjadi acuan bagi pemerintah daerah lain untuk mengambil kebijakan tentang pengelolaan warisan sejarah di Indonesia. Pelitian ini pada intinya dilakukan dengan penelitian lapangan dan perpusatakaan dan arsip, melalu empat tahap, yaitu: dimulai dari pengumpulan data di lapangan (heuristik), kritik sumber, interpretasi, dan penulisan hasil penelitian, tetapi akan dipergunakan pendekatan multidimensional dengan melibatkan sudut pandang ilmu sosial lainnya. HARMONI KEHIDUPAN DI PROPINSI MULTI ETNIS: STUDI KASUS INTEGRASI ANTARA PENDUDUK PENDATANG DAN PENDUDUK ASLI DI JAMBI Lindayanti Abstrak Otonomi Daerah dan Kebangkitan primordialisme berpotensi mengganggu harmonisasi kehidupan masyarakat. Padahal di hampir setiap daerah terjadi migrasi penduduk masuk sehingga membentuk masyarakat multi etnis. Di masyarakat multi etnis rentan terjadi konflik antar etnis, seperti konflik antara etnis Melayu dan etnis Madura yang pernah terjadi di Kalimantan. Sebaliknya di antara daerah multi etnis terdapat daerah yang dapat menjaga harmonisasi hubungan antar etnis, misalnya propinsi Jambi. Dengan demikian perlu dipelajari faktor apakah yang dapat menjadi perekat hubungan antar etnis. Bagaimana interaksi yang terjadi antara penduduk pendatang dan penduduk asli. Bagaimana proses terbentuknya masyarakat yang sekarang dikenal sebagai Melayu Jambi. Lokasi Penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Seberang Kota Jambi, dan Kabupaten Tebo. Tujuan akhirnya adalah merumuskan strategi pola integrasi berbagai etnis menuju pengharmonisan dalam hubungan antara penduduk asli dan pendatang. Untuk mencapai tujuan itu digunakan metode sejarah yang dimulai dengan pengumpulan sumber: studi kearsipan dan dokumen, dan studi lapangan melalui wawancara mendalam dengan tokoh adat dan perwakilan etnis. Kedua, melakukan kritik terhadap sumber yang didapat, Ketiga, menganlisa hubungan antar fakta yang ditemukan, dan akhirnya keempat adalah menuliskan hasil temuan. Sikap Masyarakat menghadapi kehidupan yang multi etnis ini pun beragam karena berkaitan dengan letak geografis daerah tersebut dan interaksi masyarakat di sepanjang proses sejarah yang dilalui Di Dua Kabupaten, yaitu Tebo dan Tanjung Jabung Timur identitas dan budaya masing-masing etnis masih dipertahankan. Beragam etnis dan beragam agama terdapat di kedua daerah, akan tetapi tata kehidupan mereka disatukan dalam kerangka Adat Melayu Jambi. Tanjung Jabung Timur daerah muara sungai yang berdekatan dengan laut, daerah merdeka, jauh dari pusat kekuasaan, pendudukdibiarkan menggunakan adat kebiasaan masing-masing. Akan tetapi saat menghadapi sengketa lintas etnis, tata cara penyelesaian yang digunakan adalah Adat Melayu Jambi dan kepala Lembaga Adat Melayu yang menyelesaikannya. Hal ini berlainan dengan Daerah Seberang kota Jambi. Seberang Kota Jambi memiliki latar belakang sebagai pusat kekuasaan Sultan, basis perlawanan rakyat melawan Pemerintah Kolonial Belanda, dan pusat pendidikan Islam maka mereka pun memiliki cara tersendiri dalam mengharmoniskan hubungan antar etnis. Adat Melayu ditempatkan di atas semua adat dari beragan etnis maka peranan adat Melayu Jambi menjadi pelindung bagi adat yang lain. Sehingga semua etnis merasakan bahwa mereka sesungguhnya berada di wilayah Jambi dan bersikap “di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung”. Merasakan satu etnis dan secara bersama-sama pula menjunjung tinggi adat Melayu Jambi. PEMETAAN POTENSI KONFLIK SOSIAL DAN SKENARIO PENCEGAHANNYA : Studi Tentang Model Penyelesaian Konflik Berbasiskan Kearifan Lokal Minangkabau Oleh : Drs. Zaiyardam Zubir, M. Hum. Hary Efendi SS. ABSTRAK Melihat peta konflik sosial di Sumatera Barat, maka ada beberapa konsentrasi konflik yaitu tanah, batas nagari, bacakak banyak, konflik negara dengan masyasrakat, konflik masyarakat dengan perkebunan dan penguasaan sumber daya alam, terutama burung walet, kayu dan batu bara. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah multidimensional approach. Titik tekan tidak saja pada satu disiplin ilmu saja, tetapi bagaimana melibatkan komponen masyarakat yang menyimpan konflik dalam riset ini. Dengan demikian, riset ini berbentuk riset partisipatif (Mansour Fakih. 2000). Artinya, masyarakat yang diteliti tidak hanya sebagai objek saja, tetapi mereka juga sekaligus menjadi subjek dalam penelitian. kehadiran masyarakat juga menjadi amat penting dalam pola riset partisipatif ini karena mereka jauh lebih terlibat dibandingkan dengan tim penelitii lainnya karena tim peneliti bersifat fasilitator. Penelitian seperti ini akan mengarah pada penelitian terapan. Temuan lapangan penelitian diataranya adalah Sengketa antar warga. Sengketa antar warga ini ada bermacam-macam pula bentuknya. Bisa terjadi seperti kasus di Sasak dimana masyarakat dari program transmigran terlibat masalah dengan penduduk setempat yang memiliki surat tanah, bisa juga antara warga dengan ninik mamaknya. Ini disebabkan karena ninik mamak memiliki kuasa besar dalam hal harta kaum seperti tanah ulayat. Akibatnya di beberapa kasus terjadi tindakan sepihak oleh ninik mamak yang tidak melibatkan kaumnya. Sengketa antara warga dengan perusahaan/investor. Biasanya menyangkut masalah perkebunan terkait dengan sistem plasma. Konflik yang disebabkan sumber daya alam terjadi seperti pada kasus penguasaan burung walet di Pasaman Barat dan Pulau Punjuang. Kasus cakak banyak cukup banyak terjadi di Sumatera Barat. Penyebabnya bisa hal-hal yang rumit seperti masalah batas tanah. Namun di beberapa kasus, cakak banyak bisa juga dipicu oleh permasalahanpermasalahan kecil yang tidak perlu diselesaikan secara komunal. Masalah perkebunan muncul dalam dua bentuk. Pertama, persoalan pembebasan lahan. Persoalan lahan ini Kedua adalah perosalan buruh. Kadangkala konflik tidak berhenti pada persoalan yang memicu kemunculannya saja. Misalnya sengketa tanah, kemudian tidak hanya berhenti pada permasalahan batas-batas tanah. Ketika identitas orang-orang yang bersengketa ikut dibawa ke dalam permasalahan yang ada, konflik bisa berubah menjadi konflik etnis. Untuk resolusi konflik berbasiskan kearifan lokal, yakni adat Minangkabau, diperlukan kesadaran dan pemahaman adat dari semua pihak terutama pemangku adat sendiri. Seperti terlihat dalam berbagai kasus terdapat keterlibatan pemangku adat sendiri dalam konflik yang muncul. Di samping itu, diperlukan pula peran spesifik pemerintah sebagai kunci agenda kebijakan publik untuk memfasilitasi resolusi konflik berbasiskan adat ini. Keyword : Konflik, Resolusi Konflik dan Perdamaian Adat Minangkabau Xxxxxxxxxxxxx

Item Type: Other
Subjects: A General Works > AC Collections. Series. Collected works
Unit atau Lembaga: UNSPECIFIED
Depositing User: lp Unand Ampera Warman
Date Deposited: 25 Jun 2010 08:00
Last Modified: 23 Sep 2011 02:28
URI: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/81

Actions (login required)

View Item View Item