Lubis, Agus
(2014)
Pola Adaptasi Orang Rimba di Pemukiman Baru Melalui Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
(Studi Kasus: Taman Nasional Bukit Duabelas,
Air Hitam, Sorolangun, Jambi.
Other thesis, Universitas Andalas.
Abstract
ABSTRAK
Departemen Sosial RI telah menyelenggarakan program pemberdayaan terhadap KAT (Komunitas Adat Terpencil) atau yang lebih dikenal dengan PKAT (Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil) yang secara nasional dituangkan dalalm suatu Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 1999 tentang pembinaan kesejahteraan sosial Komunitas Adat Terpencil. Orang Rimba yang hidup tersebar di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi merupakan salahsatu dari KAT (Komunitas Adat Terpencil). Pihak pemerintah membangun pemukiman Orang Rimba melalui program PKAT, pemerintah menggangap bahwa dengan cara mengeluarkan Orang Rimba dari hutan dan memukimkan Orang Rimba serta mengajarkan Orang Rimba pertanian menetap dan memilih salah satu agama besar yang diakui Negara Indonesia akan membuat mereka menjadi sejahtera, akan tetapi Orang Rimba tidak dipandang berdasarkan kebudayaan. Pemukiman yang di bangun pemerintah bersebelahan dengan pemukiman orang transmigran sehingga Orang Rimba harus melakukan adaptasi terhadap lingkungan baru dan terhadap perubahan-perubahan yang mungkin sangat tabu bagi Orang Rimba. Sementara peneliti berusaha mengkaji bagaimana kondisi kehidupan Orang Rimba setelah tinggal di pemukiman PKAT dan bagaimana pola Orang Rimba beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang baru di pemukiman PKAT.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang bagaimana kondisi kehidupan Orang Rimba yang telah tinggal menetap di pemukiman PKAT, dan dapat diketahui bagaimana pola adaptasi Orang Rimba terhadap kondisi lingkungan tempat tinggal yang baru di pemukiman PKAT. Orang Rimba melakukan adaptasi terhadap lingkungan baru, dahulunya Orang Rimba tinggal di dalam hutan dengan kearifan lokal yang mereka miliki dan kini setelah mereka keluar dari hutan dan tinggal di pemukiman membut mereka harus melakukan penyesuaian sehingga mereka dapat diterima dengan baik oleh lingkungan. Orang Rimba beradaptasi di pemukiman PKAT melalui Mata pencaharian, agama dan bahasa, sehingga Orang Rimba dapat berbaur dan diterima oleh masyarakat sekitar.
Hasil penelitian ini berupa gambaran tentang pola adaptasi Orang Rimba di pemukiman PKAT, melalui membandingkan kondisi kehidupan Orang Rimba dahulu ketika masih di dalam hutan dengan kondisi kehidupan Orang Rimba setelah di pemukiman PKAT, sehingga tampak pola adaptasi Orang Rimba di pemukiman PKAT. Orang Rimba beradaptasi melalui mata pencaharian, Orang Rimba ketika masih di dalam hutan menggantungkan hidupnya kepada hutan dan kini setelah tinggal di pemukiman PKAT, mereka sudah bekerja sebagai buruh lepas di perkebunan sawit, berladang karet dan sawit serta mereka juga ada yang bekerja sebagai buruh sawit dan karet milik orang dusun maupun orang transmigran. Orang Rimba juga beradaptasi melalui agama, setelah Orang Rimba tinggal di pemukiman PKAT mereka harus memilih salah satu agama besar yang diakui Negara Indonesia dan mayoritas mereka memilih agama Islam dan Kristen Katolik. Setelah memeluk agama mereka benar-benar meninggalkan sistem kepercayaan yang lama dan menjalankan ajaran agama yang mereka peluk. Orang Rimba beradaptasi melalui bahasa, Orang Rimba ketika masih di dalam hutan mereka menggunakan bahasa rimba sebagai bahasa sehari-hari, kini setelah tinggal di pemukiman PKAT mereka menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan orang dusun maupun orang transmigran, namun mereka masih tetap menggunakan bahasa rimba sebagai bahasa sehari-hari. Melalui adaptasi yang dilakukan oleh Orang Rimba sehingga Orang Rimba dapat diterima dengan baik oleh lingkungan sekitar. Pemerintah seharusnya memberikan lahan usaha Orang Rimba dan memberikan pendamping agar Orang Rimba tidak gagap akan perubahan terhadap lingkungan baru dan terhadap perubahan yang dianggap tabu oleh Orang Rimba.
Actions (login required)
|
View Item |