Ivan , Junaidi
(2014)
IMPLEMENTASI MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN SERTA ANALISIS STRATEGI PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN, RESTAURAN DAN PARIWISATA.
Other thesis, Universitas Andalas.
Abstract
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Model-model prediksi kebangkrutan yang digunakan memberikan persentase prediksi berbeda. Model Zmijewski memberikan persentase sebesar 100% pada tahun 2007, 2008, dan 2011. Sedangkan skor 83,33% dihasilkan untuk persentase kebangkrutan pada tahun 2009 dan 2010. Selanjutnya model yang memberikan prediksi kebangkrutan tertinggi adalah model springate dengan persentase 100% pada tahun 2007 dan 2011. Pada tahun 2008, 2009 dan 2010 model springate memberikan persentase kebangkrutan sebesar 83,33%. Prediksi kebangkrutan tertinggi berikutnya adalah model altman. Model altman memberikan persentase kebangkrutan sebanyak 50% pada tahun 2007,2009,2010 dan 2011. Sementara untuk tahun 2008 model Altman memberikan persentase prediksi kebangkrutan sebesar 33,33%. Model Groever menjadi model yang memberikan persentase prediksi kebangkrutan paling rendah. Pada tahun 2008 model groever memberikan persentase kebangkrutan sebesar 0%. Sementara pada tahun 2007, 2009 dan 2011 model ini memberikan persentase prediksi kebangkrutan sebesar 16,67%. Persentase terbesar dihasilkan model Groever pada tahun 2010 yaitu sebesar 33,33%.
2. Dalam penelitian ini model Zmijewski memberikan persentase kebangkrutan paling tinggi dengan rata-rata sebesar 93%. Namun hasil prediksi model Zmijewski tidak relevan dengan fakta yang terjadi. Model Springate menjadi model yang paling efektif dalam penelitian ini. Dengan rata-rata persentase prediksi kebangkrutan sebesar 90%, prediksi model Springate sesuai dengan fakta dan data yang ada.
Sesuai dengan fakta yang terjadi, INPP, MAMI, PGLI dan PJAA tidak mengalami kebangkrutan pada tahun 2011 karena berhasil mempertahankan kelangsungan usahanya. Sementara itu ICON dan SMMT terancam force delisting oleh BEI karena telah suspen lebih dari satu kali. Model Springate selalu memprediksi bangkrut ICON dan SMMT. SMMT menjadi perusahaan yang mengalami kondisi financial distress paling parah karena telah suspen sebanyak tiga kali.
3. Dalam usahanya untuk mempertahankan going concern nya, pada umumnya perusahaan sample menggunakan strategi intensif, diversifikasi, integrasi, dan defensive.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Penelitian ini hanya menggunakan rasio-rasio keuangan yang berhubungan dengan model prediksi financial distress, sehingga kurang mencerminkan peran rasio keuangan yang lain dalam memprediksi kebangkrutan.
2. Penelitian hanya mengkaitkan prediksi kebangkrutan dengan satu aspek non-finance, yaitu strategi
3. Penelitian ini hanya melihat kebangkrutan perusahaan dengan empat model prediksi kebangkrutan , sehingga deskripsi penelitian hanya terbatas pada keempat model tersebut tanpa menjelaskan penyebab kebangkrutan secara rinci
5.3 Saran
1. Penelitian selanjutnya agar dapat memperluas jumlah sampel.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan rasio-rasio keuangan dan penggunaan model prediksi kebangkrutan yang lebih lengkap dan kompleks sehingga nilai prediksi kebangkrutan lebih valid.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan pengaruh faktor non keuangan selain strategi dalam menilai kinerja perusahaan, sehingga mampu memperkuat hasil prediksi kebangkrutan.
5.4 Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa model prediksi kebangkrutan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan perhotelan, restaurant dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan melakukan analisis menggunakan metode prediksi kebangkrutan terhadap suatu perusahaan, dapat diketahui keadaan perusahaan dan prediksi atas kegiatan usaha tersebut pada periode tertentu, apakah sedang mengalami kebangkrutan atau tidak. Disamping itu, kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menggunakan metode prediksi kebangkrutan dalam menilai tingkat kesehatan perusahaan tersebut.
Informasi mengenai prediksi kebangkrutan ini juga bisa dimanfaatkan oleh manajemen dalam memperbaiki kinerja keuangan perusahaan. Masing-masing prediksi kebangkrutan memberikan persentase tingkat kebangkrutan yang berbeda-beda sesuai dengan data keuangan yang dimasukkan ke dalam perhitungan masing-masing model prediksi kebangkrutan. Manajemen yang konservatif cenderung memilih model yang memberikan hasil prediksi kebangkrutan yang lebih tinggi, seperti model Springate agar perusahaan lebih terpacu meningkatkan kinerjanya.
Actions (login required)
|
View Item |