YULIZA, FITRI YONI
(2014)
IDENTIFIKASI BETASIANIN dan UJI ANTIOKSIDAN DARI
EKSTRAK DAUN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L)
SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ZAT WARNA.
Other thesis, Universitas Andalas.
Abstract
RINGKASAN
Salah satu tanaman di Indonesia yang berpotensi sebagai sumber pewarna
alami dan antioksidan adalah bayam merah (Amaranthus tricolor L). Bayam
merah telah dikenal sebagai salah satu sayuran bergizi tinggi yang banyak
mengandung protein, vitamin A, vitamin C dan garam-garam mineral yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh (Dalimartha, 2007). Bayam merah merupakan salah satu
spesies dari Genus Amaranthus, yang termasuk dalam famili Amaranthaceae.
Pada bagian daun bayam merah terdapat pigmen betasianin yang dapat digunakan
sebagai pewarna alami dan antioksidan.
Pada penelitian ini, telah dilakukan ekstraksi betasianin dari daun bayam
merah dengan mengunakan pelarut akuades yang diasamkan dengan asam klorida,
asam sitrat dan asam asetat. Total betasianin tertinggi diperoleh pada ekstrak asam
klorida yaitu sebesar 0,085 %. Hasil spektrum UV-Vis menunjukkan puncak
serapan maksimum pada panjang gelombang 536 nm. Berdasarkan analisa HPLC
diperkirakan senyawa yang terdapat pada ekstrak daun bayam merah adalah
isobetanin dengan waktu retensi 16,1 menit yang termasuk kedalam golongan
betasianin. Pengaruh pH terhadap ekstrak memperlihatkan ekstrak relatif stabil
pada pH 7 dan mengalami degradasi yang cukup tinggi pada pH 1 dan pH 9 yaitu
sebesar 46,84 % dan 34,3 % pada ekstrak asam klorida; 30,43 % dan 26,67 %
pada ekstrak asam sitrat; 56,31% dan 56,76% pada ekstrak asam asetat. Suhu
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kestabilan betasianin dalam ekstrak.
Hal ini ditunjukkan pada persen degradasi yang diperoleh. Pada suhu > 40˚C,
ekstrak asam klorida mengalami degradasi sebesar 14,43 %; ekstrak asam klorida
sebesar 47,82% dan ekstrak asam asetat sebesar 45,25%. Semua ekstrak
menunjukkan kestabilan pada kondisi penyimpanan -4˚C. kadar vitamin C pada
daun bayam merah sebesar 80 mg/100 ml. Pada uji aktivitas antioksidan, ekstrak
asam klorida konsentrasi 0,5% memiliki persen inhibisi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak asam sitrat dan ekstrak asam asetat yaitu sebesar
60,65 %. Ketiga ekstrak diaplikasikan sebagai zat warna pada air soda dan air
manisan buah yang memiliki pH berbeda. Hasil pengamatan menunjukkan ketiga
ekstrak memberikan warna yang sama. Akan tetapi untuk penyimpanan selama 1
minggu, ekstrak asam asetat mengalami perubahan warna
Actions (login required)
|
View Item |