Harnentis, Harnentis and Mirnawati, Mirnawati and Mirzah, Mirzah (2014) TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUNGKIL INTI SAWIT UNTUK MENINGKATAN DAYA GUNANYA SEBAGAI PAKAN TERNAK UNGGAS. Working Paper. Fakultas Peternakan. (Unpublished)
PDF (TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUNGKIL INTI SAWIT UNTUK MENINGKATAN DAYA GUNANYA SEBAGAI PAKAN TERNAK UNGGAS)
- Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication. Download (14Kb) |
Abstract
Pemanfaatan bahan yang tidak bersaing dengan kebutuhan pangan untuk dijadikan pakan terus diusahakan. Salah satu alternatifnya adalah menggunakan bungkil inti sawit. Bungkil inti sawit ini mempunyai kandungan protein cukup tinggi, tetapi terkendala dengan serat kasar yang tinggi, sehingga membatasi penggunaannya dalam ransum ternak, untuk itu dilakukan pengolahan dengan menggunakan beberapa jenis kapang selulolitik. Penelitian tahun kedua adalah penelitian uji biologis dalam bentuk uji ransum pemakaian BIS olahan terpilih pada penelitian tahun pertama dalam ransum ternak unggas.. Penelitian tahun kedua ini dilakukan dalam 2 percobaan, yaitu uji ransum pada ayam broiler dan ayam kampung petelur. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ransum yang menggunakan BIS olahan terpilih sebagai pengganti sampai 100% protein bungkil kedelai dalam ramsum broiler dan buras petelur, masing-masing 200 ekor doc broiler dan 200 ekor ayam kampung petelur. Kandang penelitian digunakan berbentuk box untuk broiler, sedangkan untuk ayam petelur menggunakan kandang battery. Ransum penelitian disusun sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis ternak unggas. Ransum disusun iso protein dan iso energi. Perlakuan adalah penggantian 0,20, 40, 60, 80 dan 100% protein bungkil kedelai dengan BIS olahan dalam masing-masing ternak unggas. Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan adanya interaksi antara jenis kapang, suhu dan waktu inkubasi terhadap peubah yang diamati. Pengolahan bungkil inti sawit melalui teknologi fermentasi ini mengalami perubahan nilai gizi yang lebih baik dibandingkan dengan bungkil inti sawit tanpa fermentasi. Dari semua kombinasi perlakuan diperoleh satu kombinasi perlakuan yang terbaik yaitu dengan menggunakan kapang Penicillium sp dengan kondisi suhu 300 C dan waktu inkubasi 8 hari. Kualitas zat-zat makanan bungkil inti sawit fermentasi terbaik tersebut adalah bahan kering 96,55%, kandungan protein kasar 28,96%, serat kasar 14,35%, lemak 2,83 %, NDF 55,86%, selulosa 22,45%, daya cerna protein 78,69%, energi metabolis 2324,36 kkal/kg dan retensi nitrogen 74,19%. Kandungan asam amino kritis seperti metionin 0, 365% dan lisin 1,335%. Secara kualitatif bungkil inti sawit fermentasi ini mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan dengan tanpa fermentai yaitu dapat meningkatkan daya cerna protein sebesar 25,36%, energi metabolis 31,62% dan retensi nitrogen sebesar 27,53%. Hasil penelitian tahun kedua menunujukkan bahwa tingkat penggantian protein bungkil kedelai dengan BIS olahan terpilih secara umum tidak banyak mempengaruhi performa ternak unggas terutama ayam buras petelur, tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi ransum, produksi hen day, berat telur, konversi ransum maupun kualitas telur. Hal yang sama juga terjadi pada ayam broiler, namun pada perlakuan R5 pada ayam broiler menunjukkan terjadinya penurunan pertambahan berat badan. Secara umum dapat dikatakan bahwa produk BIS olahan dapat menggantikan 75% protein bungkil kedelai dalam ransum ayam broiler dan 100% dalam ransum buras petelur.
Item Type: | Monograph (Working Paper) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture |
Unit atau Lembaga: | Fakultas Perternakan > Teknologi Produksi Ternak |
Depositing User: | SSi Renny Pebrica |
Date Deposited: | 03 Jun 2010 08:47 |
Last Modified: | 24 Jul 2015 07:50 |
URI: | http://repository.unand.ac.id/id/eprint/2120 |
Actions (login required)
View Item |