Admin, (2010) Abstrak Penelitian Dosen Fakultas Pertanian Unand 2009. UNSPECIFIED, LP Unand.
PDF (Abstrak)
Download (495Kb) |
Abstract
HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN UNTUK PUBLIKASI INTERNASIONAL Biodiesel production from Jatropha curcas seed oil via calcium oxide catalyzed transesterification and its purification using bentonite adsorbent Novizar Nazir untuk Publikasi International Batch I Nomor: 437/SP2H/PP/DP2M/V/2009 Tanggal 25 Juni 2009 Fifty seven male weanling rats with an average pre-experimental body weight of 60-95 gram (28 – 30 days of age) will be used in a trial that lasted 15 days. The rats with the initial average body weight of 60-95 gram will fed a laboratory standard diet (Ridley Agriproducts Pty, Ltd. Australia), for 3 days, to get acclimatized to the new environment. After which they will be weighed and divided into nineteen equal treatment groups of 3 rats per group in organic glass cages. The housing provided is as the following conditions, controlled lighting of 12:12 h of light: dark, temperature from 27– 28 °C. The rats will be given 3 days to adjust to the experimental diets before the 15-day growth trial. The diets (normal diet (95%) + Jatropha oil (5%) or normal diet (84%) + jatropha seed cake (16%)) are weighed out daily and offered ad libitum at 9:00 h to the rats, and water is free choice. The food that is not consumed within 24 h is weighed and discarded, prior to determining daily food intake. Data for initial and final body weights use to calculate weight gain/loss of the rats. During the experimental period (15 days) behavior of rats will be observed, on day 15 (the last day of the experiment), food is withdrawn 6 h from the rats before they are weighed and sacrificed. The simple scheme is shown below. HIBAH BERSAING PABRIKASI PUPUK ORGANIK TABLET BERMUTU SEBAGAI USAHA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGENTASAN KEMISKINAN SERTA PEMENUHAN KEBUTUHAN PUPUK RAMAH LINGKUNGAN Dinah Cherie, STP, MSi Muhammad Makky, STP, M.Si Renny Eka Putri, STP, MP NO. KONTRAK INDUK : 126.a/H.16/PL/HB-PHB/IV/2009 RINGKASAN DAN SUMMARY Masalah kelangkaan dan tingginya harga pupuk dipasaran selalu dihadapi oleh petani. Sebagai alternatif, pupuk organik dapat dijadikan bagi pemenuhan kebutuhan pupuk petani. Hal ini didasari ketersediaan bahan dasar pupuk yang melimpah. Bahan dasar pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran dan urine Hewan ternak sebagai sumber Nitrogen, kompos jerami padi sebagai sumber kalium serta sabut kelapa sebagai sumber Phospat. Ketiga bahan ini memiliki kandungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman semusim. Tujuan umum penelitian adalah untuk menghasilkan pupuk organik yang dapat langsung dipergunakan oleh petani sebagai subtitusi pupuk dengan harga yang lebih rendah. Metoda penelitian ini adalah identifikasi komposisi campuran bahan dasar pupuk organik berdasarkan kandungan nitrogen, Pospor, dan Kalium (N-P-K). Bahan ini terdiri dari kotoran Ternak (0,7%-0,3%-0,9%), urine Ternak (37%- 3,7%-0,9%), kompos jerami dan sabut kelapa (0,8%-0,1-1%,85%) sehingga unsur hara yang dihasilkan meningkat. Pada penelitian ini juga dilakukan rancang bangun alat pengaduk (mixer) pupuk organik yang berfungsi untuk mengaduk seluruh bahan baku pupuk organik, sehingga didapatkan pupuk yang homogen dengan besar butiran yang lebih halus. Dengan demikian maka pupuk dapat bercampur dengan baik pada media tanam (tanah) dan lebih mudah diserap oleh tanaman Selanjutnya pupuk diuji pada demplot tiga macam tanaman hortikultura dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk ini maka tinggi tanaman, jumlah daun, luas area daun, panjang akar serta hasil produksi tanaman jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada media tanpa pupuk. DIPA OTOMATISASI PENGERINGAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU BIJI KAKAO (Theobroma Cocoa L.) Renny Eka Putri, Andasuryani, Sandra1 dan Ferdiansyah2 1 Staf Pengejar Program Studi Teknik Pertanian Unand 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian Unand ABSTRAK Prinsip dasar alat pengering ini adalah mengalirkan panas dari sumber sehingga mampu menghasilkan suhu yang cukup tinggi. Alat pengering dengan menggunakan tenaga listrik berkerja dengan menggunakan elemen pemanas (heater). Panas yang dihasilkan dihembuskan ke ruang pengering oleh blower. Otomatosasi pengeringan dilakukan dengan mengatur suhu pengeringan tetap stabil pada suhu yang diinginkan. Otomatisasi dapat dilakukan dengan menggunakan mikrokontroler Waktu pengeringan yang ditetapkan pada penelitian ini adalah waktu yang terpakai mulai dari bahan dimasukkan dalam alat pengering sampai kadar air bahan mencapai 7% . Pada perlakuan I (setpoint 50 oC), waktu pengeringan yaitu selama 24 jam. Pada perlakuan II (setpoint 55 oC), waktu pengeringan yaitu selama 20 jam. Pada perlakuan III(setpoint 60 oC), waktu pengeringan yaitu selama 19 jam. Semakin tinggi suhu pengeringan maka waktu yang diperlukan untuk mengeringkan bahan semakin cepat. Key word : alat pengering dan otomatisasi pengeringan HSN Product development of biodiesel production from Jatropha curcas seed oil : Process optimization of bentonite catalyzed esterification Novizar Nazir3,3, Sri Yuliani2, Djumali Mangunwidjaja3, Mohd. Ambar Yarmo4 Abstract The esterification reaction of Jatropha curcas seed oil with methanol to remove free fatty acid (FFA) for biodiesel production was conducted using various bentonite catalysts. Solid acid catalysts from bentonite were prepared by aqueous impregnation technique. 5.3 M HCl and 40% by mass of H2SO4 were supported on bentonite by aqueous impregnation, washed with deionized water till Cl-1 and SO4 -2 ions were not detected, dried overnight and calcinated at 500 oC for three hours. Catalysts was characterized by XRD, nitrogen adsorption-desorption, and pyridine adsorption FTIR. Five catalysts used in esterification reactions of Jatropha curcas seed oil with methanol were compared: (A) non-activated bentonite; (B) HCl 5.3 M-activated bentonite; (C) HCl 5.3 M-activated bentonite and calcinated at 500 oC (D) H2SO4 40%-activated bentonite; (E) H2SO4 40%- activated bentonite and calcinated at 500 oC. Among bentonites used in the esterification, HCl-activated bentonite shows a best performance as catalyst and it is used in optimizitation studies. Response Surface Methodology (RSM) based on central composite rotatable design (CCRD) was performed to optimize three reaction variables in this study. The esterification process variables were amount of catalyst, x1 (1-5wt%), reaction time, x2 (2-6 jam), and ratio methanol:oil, x3 (6- 18 mol/mol), and It was found that optimal condition for esterification is using HCl-activated bentonite with the following reaction conditions: methanol (14.98:1 methanol oil ratio) using HCl-activated bentonite (3.84% of oil) in 4.8-h reaction time, and at 65 oC temperature. Keywords: Jatropha curcas, solid acid catalyst, esterification, acid-activated bentonite, optimization, biodiesel Rancang Bangun Alat Pengering Tipe Konveyor Otomatis Untuk Peningkatan Mutu Biji Kakao Hasil Pengeringan1) Dr.Ir. Sandra, MP2); Andasuryani, STP, Msi2); Prof. Dr.Ir. Santosa, MP2) dan Reny Ekaputri, STP. MP. 2) Abstrak Proses pengeringan pada kakao kering berfungsi untuk mendapatkan biji yang berkualitas, jadi setiap biji ahrus mendapatkan suhu yang sama agar pengeringannya merata. Untuk mengatasi persoalan-persoalan diatas, maka perlu suatu rumusan dalam proses pengeringan. Sistem pengeringan konveyor salah satu pemecahan masalah, dimana dengan sistem ini setiap biji kakao dapat menerima panas yang sama tanpa pengadukan. Penelitian ini bertujuan merancang, membangun baik perangkat keras maupun perangkat lunak, menguji alat pengering, sistem konveyor yang dapat bekerja secara kontinyu dan menggunakan teknik pemeriksaan non-destruktif (image processing). Metode yang dilakukan adalah kajian sifat fisik dan mekanik biji kakao, rancang bangun sistem mekanik, kajian sistem konveyor. Penelitian dilakukan di jurusan teknik Pertanian, Fateta Unand. Hasil yang didapat dimensi mayor, intermediate dan minor dari biji kakao rataratanya adalah 22.38 mm, 13.18 mm dan 7.14 mm. Sphericity biji kakao kecil dari 1. True densitas biji kakao adalah 1.0014 gr/cm3. Bulk densitas, porositas,volume, luas permukaan berturut-turut sebagai berikut 0.42 gr/cm3 , 56.26%, 707.98 mm3, dan 434.74 mm2. Roller konveyor dibuat dari karet tahan panas, belt konveyor berbahan dasar stainless steel, kecepatan roller sebesar 45 rpm. Awal pengeringan biji kakao harus dengan suhu 90 ◦C selama 15 menit dilanjutkan dengan suhu 70 ◦C. indek warna merah (r) lebih tinggi dari nilai indek warna hijau dan warna biru, dan Nilai saturasi biji kakao makin berkurang dengan turunnya nilai kadar air. Kata kunci: pengeringan, kakao, sifat fisik dan mekanik, konveyor TEKNIK BIOREMEDIASI PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT Dr. Ir. Rusnam, MS Dr. Ir. Efrizal, MSi Drs. Bustanul Arifin, MSi NOMOR: 120/H.16/PL/HB.PSN/IV/2009 TANGGAL 16 APRIL 2009 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri pengoksidasi sulfida dan amonia dari air Danau Maninjau yang tercemar. Sampel air dan bakteri diambil di perairan Danau Maninjau Sumatera Barat. Berdasarkan data hasil analisis, suhu perairan danau berkisar antara 31 – 32oC, hal ini tergolong suhu yang normal untuk kehidupan ikan. Nilai kandungan TSS yang diperoleh berkisar antara 10,5 – 36,5 mg/L dan ini tergolong rendah dibanding standar mutu yang dianjurkan menurut PP No. 82 tahun 2001 yaitu di bawah 400 mg/L. pH air pada titik sampling keramba dengan kepadatan rendah adalah 5,93 lebih kecil dari nilai pH Rendahnya pada titik sampling keramba dengan kepadatan tinggi. Kandungan belerang (H2S) tidak terdapat pada sampel air, hanya ditemui pada sampel lumpur yang terdapat pada bagian dasar danau yaitu 0,308 mg/l dan 1,1561 mg/l untuk keramba jaring apung dengan kepadatan rendah dan keramba jaring apung dengan kepadatan tinggi. Kandungan BOD dan COD dapat dikatakan masih di bawah standar mutu yang telah ditetapkan. Kandungan nitrat berkisar antara 0,25 – 0,54 mg/L adalah tergolong rendah. Didapatkan 2 isolat bakteri yang dapat mengoksidasi sulfida dengan cepat yaitu isolate 1.1 dapat mengoksidasi pada pH 5-6 dan pada suhu 30 dan 40 ºC. Isolate kedua adalah isolat 4 yang mampu mengoksidasi senyawa sulfida maksimum pada pH 6-7 dan pertumbuhan maksimum adalah pada suhu 30 ºC. Pada dasarnya kedua bakteri ini dapat tumbuh baik pada kedua temperatur yang diuji. Isolat-isolat yang mempunyai kemampuan menurunkan ammonia yang tinggi >35 % adalah isolat-isolat : 1.1, 2, 3, 3.1, 3.2 , 3.3, dan 6 dan diikuti dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. ANALISIS KERAGAAN SISTEM PRODUKSI DAN PENGOLAHAN KAKAO DI SUMATRA BARAT DALAM MEMPERSIAPKAN KLASTER INDUSTRI KECIL MENENGAH Oleh : DR.IR.MASRUL DJALAL,MS. IR.AISMAN,MS IR.GUNARIF TAIB,MS Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah kakao yang telah mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan aromanya seperti yang terdapat di pasaran. Biji buah kakao (cokelat) yang telah difermentasi dijadikan serbuk yang disebut cokelat bubuk. Cokelat dalam bentuk bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lain–lain. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao , mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao. Perkembangan kakao di Sumatra Barat relatif kecil dan lambat terutama sampai dengan tahun 2003. Mulai tahun 2004 terus meningkatkan luas areal dan produksinya, dimana pada tahun 2004 luas pertanaman kakao tercatat 13 197 Ha dengan total produksi 8 066 ton kemudian meningkat mejadi 23 000 Ha pada tahun 2006 dengan total produksi 18 900 ton.Pada tahun 2010 diharapkan luas pertanaman sudah akan mencapai 108 000 Ha , yang mana hal ini akan menjadikan Sumatra Barat sebagai sentra produksi kakao diwilayah Indonesia Barat. Status pertanaman sebagian besar yakni 85.80% adalah perkebunan rakyat sedangkan sisanya 14.20% perkebunan swasta nasional .Produk kakao yang dihasilkan dan dieskpor dari Sumatra Barat adalah dalam bentuk biji kering (cocoa bean ) . Upaya pengolahan biji kakao menjadi produk sekundernya merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan secara serius dan dan terrencana , sehingga dapat memberikan nilai tambah terhadap harga jual komoditas kakao , dan seterusnya diharapkan akan dapat memberikan dampak yang menguntungkan bagi peningkatan pendapatan petani kakao. Nilai tambah tersebut dapat ditingkatkan melalui industrialisasi di pedesaan dalam bentuk Industri Kecil Menengah yang berkelanjutan . Pendekatan klaster (cluster) dikenal sebagai upaya yang sistematik dalam mengembangkan industri kecil melalui pengelompokan industri yang sejenis di dalam wilayah tertentu ( sectoral and spatial concentration of firms) Rangkaian kegiatan pengolahan kakao mulai dari sistem produksi, pengolahan primer, sekunder dan tertier yang berada ditengah-tengah masyarakat perlu dibangun secara bersama dalam bentuk klaster, sehingga kakao dapat menjadi komoditas penggerak perekonomian rakyat .Pengembangan klaster kakao dapat dipandang sebagai industri starategis bermuatan lokal bagi Sumatra Barat yang dapat tumbuh dan mampu bersaing Di masa lalu, cokelat dipercaya sebagai makanan tinggi kalori untuk memompa energi, misalnya bagi para atlet dan tentara. Semakin banyak riset yang dilakukan dalam bidang kesehatan dan kandungan nutrisi untuk meneliti kakao dan cokelat. Riset menemukan indikasi bahwa beberapa komponen yang terkandung dalam kakao dapat membantu mencegah penyakit cardiovascular dan dapat mengurangi resiko kanker. Tapi bagaimanapun hal tersebut tenggelam oleh anggapan bahwa cokelat sebagai penyebab obesitas. Sebagian orang mengklasifikasikan cokelat sebagai “junk food” karena kandungan kalorinya yang tinggi. biji kakao mengandung sejumlah besar phytochemicals yang merupakan komponen psikologi aktif yang dapat ditemukan pada tanam-tanaman, seperti anggur, apel, teh, buah-buahan, sayuran dan lain-lain. Kelompok tersebut disebut flavonoids. Ada hal lain yang membuktikan bahwa flavonoids kakao dapat memberikan keuntungan dalam bidang kesehatan. Disebut sebagai anti-oksidan yang kuat dan dipercaya dapat membantu daya tahan sel-sel tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, yang terbentuk oleh serangkaian proses termasuk saat tubuh memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi. Hasil laboratorium dan penelitian telah mengindikasikan bahwa flavonoids kakao dapat mencegah oksidasi kolesterol-LDL yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Timbul juga fakta bahwa cokelat dapat mengurangi resiko beberapa jenis kanker. Keuntungan tersebut berasal dari phytochemicals yang terkandung dalam kakao, selain flavonoids. Akibat mutu rendah, harga biji dan produk kakao Indonesia sangat rendah di pasar internasional (terkena diskon USD200/ton atau 10%-15% dari harga pasar. Walaupun merupakan produsen ketiga terbesar di dunia, Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus menerus berusaha mengatasi masalah yang dihadapi antara lain dengan peremajaan tanaman kakao dengan benih unggul dan menyebarluaskan pengetahuan terutama pada petani mikro tentang pentingnya perbaikan pengelolaan kebun dan fermentasi untuk meningkatkan mutu kakao. Dari hasil penelitian dapat direkomendasikan beberapa langkah yang perlu diambil untuk pengembangan komoditas kakao Sumatra Barat, yang antara lain meliputi : (a). Meningkatkan produktivitas tanaman serta mutu kakao hasil perkebunan rakyat secara bertahap, (b). Penumbuha
Item Type: | Other |
---|---|
Subjects: | A General Works > AC Collections. Series. Collected works |
Unit atau Lembaga: | UNSPECIFIED |
Depositing User: | lp Unand Ampera Warman |
Date Deposited: | 25 Jun 2010 08:00 |
Last Modified: | 23 Sep 2011 02:51 |
URI: | http://repository.unand.ac.id/id/eprint/87 |
Actions (login required)
View Item |