Andoni, Yudhi (2009) Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009. Working Paper. Fakultas Sastra. (Unpublished)
Microsoft Word (Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009)
- Supplemental Material
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication. Download (144Kb) |
Abstract
Periode 1999 bagi masyarakat Sumatera Barat menjadi titik balik secara struktural dan kultural, yakni pengimplementasian wacana “Kembali ke Nagari”, dan “Kembali ke Surau”. Dalam 10 tahun dinamikanya, terdapat tiga eksponen penting sebagai penggerak; Kaum Adat, Kaum Agama, dan Negara yang diwakili oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Ketiga komponen ini berusaha memberi definisi secara substansial atas identitas keminangkabauan masyarakat Minang. Pertanyaan siapa dan apa yang disebut orang Minang itu dikonstruksi secara berbeda dan menjadi kontestasi di antara mereka. Namun ketiganya tampak setuju bahwa konstruksi identitas itu berada pada ruang yang mereka namakan, adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABSSBK). Tulisan ini memakai pendekatan penulisan sejarah kritits. Penulisan ini melalui proses menguji dan menganalisa secara kritis, jejak tertulis dan peninggalan masa lalu manusia guna memperoleh konstruksi aktivitas manusia tersebut. Langkah yang ditempuh dalam penulisan ini adalah melalui kajian sejarah kritis dengan metode; heuristik yaitu mencari, mengumpulkan dan menggunakan sumber; kritik yaitu memberikan semacam kritikan terhadap sumber yang diperoleh; interpretasi yaitu pemahaman terhadap sumber yang diperoleh; dan tahap terakhir pertanggungan jawab secara ilmiah lewat karya tulis. Hasil temuan dari penelitian ini menjelaskan fenomena hubungan antara Kaum Adat, Kaum Agama, dan Negara telah mendorong sebuah proses kontestasi satu sama lain. Kontestasi ini terjadi oleh; pertama, terkacaukan dan meningkatnya kesadaran Kaum Adat terhadap otoritas dan kemegahan tradisi Minangkabau ketika berhadapan dengan kepentingan politik Negara; kedua, penguatan nilai-nilai keislaman dalam mengisi ruang ABSSBK; ketiga, liarnya campur tangan Negara dalam ruang identitas sosio-budaya dan keagamaan masyarakat Minangkabau. Akibatnya, bagi Pemda dan Ulama, konstruksi apa dan siapa orang Minang modern adalah orang beragama Islam yang hidup di Sumatera Barat dan dipengaruhi oleh budaya Minangkabau. Negara dan Islam memandang tidak penting, apakah warga atau umat menganut sistem matrilineal atau tidak. Berbeda dengan keduanya, Kaum Adat dengan gigih berusaha mempertahankan kesucian tradisi, dan itu mereka usahakan lewat kurikulum muatan lokal seperti BAM (Budaya Alam Minangkabau). Kata kunci: titik balik struktual dan kultural, ruang identitas, kembali ke surau, kembali ke nagari
Item Type: | Monograph (Working Paper) |
---|---|
Subjects: | D History General and Old World > D History (General) |
Unit atau Lembaga: | Fakultas Ilmu Budaya > Ilmu Sejarah |
Depositing User: | SSi diana zulyetti |
Date Deposited: | 25 May 2010 01:55 |
Last Modified: | 25 May 2010 01:55 |
URI: | http://repository.unand.ac.id/id/eprint/794 |
Actions (login required)
View Item |